Bangsa Indonesia adalah bangsa yang demawan, baik warganya maupun pengusahanya. Tetapi dalam dunia filantropi Indonesia, seni dan budaya tidak menjadi sasaran sumbangan. Akibatnya insan seni berhadapan dengan keterbatasan dana, lantas menerima dana dari sponsor atau donor yang kontroversial, seperti perusahaan tambang atau rokok.
Michael Budiman Mulyadi dari Universitas Pelita Harapan mengatakan upaya pemerintah untuk memberi insentif pajak bagi pengusaha yang menyumbang untuk kesenian harus dibarengi upaya lain: sosialisasi kebijakan yang lebih intensif dan proyek percontohan dengan beberapa perusahaan agar yang lain terilhami untuk menyumbang.
Dari Pulau Lindau yang tenang di Jerman, para ekonom terkenal dunia berbincang dengan ekonom muda terpilih mengenai ketimpangan. Ketenangan Pulau Lindau terganggu oleh masalah yang sedang menjadi keprihatinan dunia baik di negara maju ataupun berkembang.
|
Indra Lesmana dan Maurice Brown Project di Java Jazz Festival 2014. Sebelum peraturan membatasi iklan rokok di acara seni, hampir separuh biaya Java Jazz ditutup dana sponsor rokok.
Java Jazz Festival Official Photo
Michael Budiman Mulyadi, Universitas Pelita Harapan
Dana untuk seni di Indonesia tidak berlimpah, dan kalau ada kadang kontroversial. Upaya apa yang dibutuhkan agar dana seni dari sumber yang lebih beragam mengalir?
|
Bisnis + Ekonomi
|
-
Steve Schifferes, City, University of London
Mungkin diskusi-diskusi di pertemuan Lindau akan mengilhami generasi baru untuk mengembangkan kebijakan baru dalam memecahkan masalah kemiskinan dan ketimpangan.
|
|
In English
|
-
Steve Schifferes, City, University of London
Inequality was the hot button issue at the triennial meeting of the world's top economists.
|
|