Catatan editor

Banyak orang Indonesia berpikir kita sebagai bangsa tidak tertarik membaca. Tetapi semangat membaca di pelosok membuktikan lain. Buku yang tersedia di taman bacaan atau dibawa ke pelosok dengan berbagai cara (kuda, becak, perahu, tukang jamu keliling) selalu disambut warga desa, terutama anak-anak, dengan riang.

Dalam rangka Hari Aksara Internasional, yang diperingati setiap tanggal 8 September, kami menerbitkan seri tulisan berkaitan dengan membaca. Tulisan mengenai komunitas literasi ini merupakan yang pertama dalam seri tulisan ini.

Di tengah ramai pemberitaan mengenai kekerasan yang terjadi di Myanmar yang memaksa puluhan ribu masyarakat Rohingya mengungsi, penting untuk memperhatikan kebijakan Indonesia mengenai pengungsi luar negeri. Keluarnya sebuah peraturan presiden di akhir 2016, menurut Dio Herdiawan Tobing, mengisi kekosongan hukum dalam penanganan pengungsi.

Evi Mariani

Deputi Editor, Editor Politik + Masyarakat

Artikel teratas

Anak-anak di Pantai Palipis, Mandar, Sulawesi Barat, membaca buku yang dibawa perahu pustaka Pattingalloang, yang termasuk dalam jaringan Pustaka Bergerak. Urwa/Pustaka Bergerak

Semangat membaca di pelosok menantang anggapan minat baca rendah

Lukman Solihin, Research and Development Agency of Indonesian Education and Culture Ministry

Media dan tokoh-tokoh di Indonesia kerap menuduh masyarakat Indonesia memiliki minat baca rendah. Tetapi pengalaman komunitas literasi yang membawa buku ke pelosok berkata lain.

Politik + Masyarakat

Kesehatan

In English