Catatan editor

Halo! Ini Fidelis, editor lingkungan hidup untuk Sepekan Lingkungan. Selamat datang, 2020! Baru sejenak memasuki tahun baru, beberapa bencana memenuhi berita utama, baik di Indonesia maupun luar negeri.

Hujan deras yang terjadi awal tahun “menenggelamkan” kota-kota utama di Pulau Jawa, Indonesia, seperti Jakarta, Bekasi, dan Tangerang, menewaskan hingga 60 orang, sementara ratusan ribu lainnya harus mengungsi.

Sementara, di Australia, para pemadam kebakaran berjuang keras menghadapi api yang membakar hingga 10 juta hektar hutan mereka akibat panas yang berkepanjangan dan kesalahan manusia dalam tata kelola hutan.

Media pun sudah menyatakan bahwa bencana alam yang sedang dihadapi saat ini merupakan rangkaian dari krisis iklim.

Dampak perubahan iklim yang semakin cepat terasa—meningkatnya muka air laut, kekeringan dan hujan ekstrim, hingga hilangnya biodiversitas—tidak hanya membuat frustasi para korban yang terkena langsung, tapi juga para ilmuwan.

Perasaan ini, oleh The Guardian, dinamakan sebagai ecological grief, karena adanya rasa kehilangan (loss) melihat degradasi lingkungan dan krisis iklim yang semakin cepat terasa. Artikel ini mengungkapkan bagaimana para ilmuwan harus menghadapi kedukaan (grief) yang mendalam melihat kerusakan Bumi, sementara di saat yang bersamaan, mereka harus tetap menjadi sosok yang obyektif dan penuh dengan data dan fakta.

Perasaan kehilangan yang dialami oleh para ilmuwan adalah valid. Namun, sesuai sifat ilmu pengetahuan yang tidak berhenti berkembang, banyak dari mereka yang berupaya memberikan solusi yang terbaik, contohnya mengenalkan kembali tata kelola lahan dari masyarakat adat, seperti Aborigin, tidak menimbulkan kebakaran yang besar seperti saat ini.

Tentu saja, hal ini tidak akan berhasil tanpa adanya kemauan untuk melakukan aksi dan bertindak, baik dari masyarakat hingga para politisi dalam mengambil keputusan yang pro-lingkungan, karena menyelamatkan Bumi berarti menyelamatkan manusia.

Sekian dulu, surat dari saya. Jika Anda merasa newsletter in bermanfaat, mohon forward ke teman/kolega!

Salam, Fidelis

Forward to a friend

Fidelis Eka Satriastanti

Editor Lingkungan Hidup

Lingkungan Hidup