Catatan editor

Halo! Saya Fidelis, editor Lingkungan Hidup TCID. Jumpa lagi di “Sepekan Lingkungan”. Bagi yang pertama kali berlangganan, selamat datang!

Memasuki minggu kedua, perundingan perubahan iklim tidak banyak memberikan hasil yang cukup memuaskan.

Perbedaan kepentingan politik setiap negara membuat mustahil mencapai kesepakatan penurunan target emisi yang baru, apabila ingin mencegah suhu global Bumi di bawah 1,5 derajat Celsius.

Kembali mandeknya negosiasi iklim, jelas menghadirkan kekecewaan, terutama anak muda yang bergerak di bawah #fridaysforfuture, yang mulanya dicetus oleh Greta Thurnberg, remaja 16 tahun asal Swedia.

Tidak hanya kalangan muda, bahkan para ilmuwan iklim sudah mulai mengkritik bahwa para pembuat kebijakan sama sekali belum benar-benar menganggap isu ini sebagai isu yang urgen.

Dalam laporan terbarunya, IUCN (International Union for Conservation of Nature), mengatakan bahwa lautan dunia kini sedang kehilangan oksigen dan semakin diperparah dengan adanya pemanasan global.

Menurunnya level oksigen (deoksidasi) di lautan akan menimbulkan ketidakseimbangan kepada ekosistem laut, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kehidupan manusia.

Dengan bertumpuknya laporan riset yang menyatakan bahwa dunia dalam krisis iklim, seharusnya bisa menjadi pertimbangan bagi para negosiator iklim untuk menghasilkan keputusan yang benar, bukan yang mudah.

Sampai jumpa pekan depan.

Forward to a friend

Fidelis Eka Satriastanti

Editor Lingkungan Hidup

Lingkungan Hidup

  • LH FUND : terobosan pendanaan iklim dari Indonesia

    Fitri Nurfatriani, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Kebijakan dan Perubahan Iklim, KLHK

    Indonesia luncurkan instrumen ekonomi untuk perlindungan lingkungan, LH Fund, untuk mempermudah investasi hijau sekaligus menurunkan emisi gas rumah kaca.