Bayangkan sebuah buku besar virtual yang berisi data yang dapat diakses secara terbuka oleh siapa pun. Kemudian bayangkan bahwa meskipun siapa pun bisa mengaksesnya, data yang masuk ke dalam buku tersebut tidak bisa dipalsukan berkat sistem kriptografi yang canggih. Itulah blockchain.
Teknologi baru yang pertama kali diimplementasikan dalam mata uang virtual bitcoin ini mulai dilihat oleh banyak pihak, dari sektor perbankan, pemerintah, bahkan LSM untuk diimplementasikan dalam berbagai program yang melibatkan populasi masyarakat yang banyak. Seperti contoh penggunaan yang diajukan oleh Dimaz Wijaya dari Monash University. Ia merancang protokol menggunakan teknologi blockchain untuk membantu pemerintah mengawal penerimaan negara dari PPN (Pajak Pertambahan Nilai)—pajak 10% yang selalu muncul dalam setiap transaksi jual beli. Ini bisa menyelamatkan negara dari kerugian hingga triliunan rupiah dari penipuan faktur pajak PPN fiktif.
Teknologi digital menggantikan banyak peran yang dulu dikerjakan manusia. Apakah dunia kerja zaman sekarang lebih terbuka bagi orang-orang dengan keterampilan sains, teknologi, teknik, dan matematika atau STEM? Tim peneliti dari CSIRO menjawab tidak. Justru keterampilan yang berkenaan dengan interaksi sesama manusia, yang tak tergantikan mesin, lebih meningkat.
|
Teknologi blockchain dapat menjadi alat pengawasan PPN yang efektif sekaligus menyederhanakan penerbitan faktur pajak oleh Wajib Pajak.
www.shutterstock.com
Dimaz Wijaya, Monash University
Transparansi adalah ciri khas blockchain yang bisa membantu memastikan para penjual barang sungguh menyetorkan PPN yang dibayar oleh konsumen ke pemerintah.
|
Permintaan dunia kerja atas “people skill” atau kemampuan berkait dengan hubungan antarmanusia, seperti komunikasi, semakin meningkat.
Shutterstock
Claire Mason, CSIRO; Andrew Reeson, CSIRO; Todd Sanderson, CSIRO
Teknologi digital mengubah dunia kerja. Apakah keterampilan sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) lebih diminati pemberi kerja? Riset menjawab tidak.
|
Artikel menarik lainnya
|
Patricia Davidson, Johns Hopkins University
Penyakit jantung lama dianggap penyakitnya laki-laki. Ketidaktahuan kita mengenai dampaknya pada perempuan menyebabkan hasil yang berbeda antara perempuan dan laki-laki yang mengalami hal yang sama.
| |
Timo Duile, University of Bonn
Stigma dilekatkan pada kaum sekuler, termasuk ateis, di Indonesia. Pada kenyataannya kebanyakan kaum sekuler adalah kaum beriman. Ateis ada tapi tidak semua anti agama.
|
|
|
In English
|
-
Claire Mason, CSIRO; Andrew Reeson, CSIRO; Todd Sanderson, CSIRO
Despite the hype about STEM skills, research shows interpersonal, problem-solving and entrepreneurial skills will make you more employable in the 21st century.
|
|
From around the world
|
-
Eva Polymenakou, University of Bath
We need to educate ourselves daily if we aspire to live peacefully in a multicultural society.
-
Rosa Freedman, University of Reading
Refugees' rights are protected by international law. Why are the Rohingya being returned home?
|
|