Catatan editor

Era digital membuat individu-individu terhubung menjadi masyarakat yang berjaringan. Komunikasi antara warga dan politikus juga menjadi lebih dekat lewat media sosial.

Tidak hanya individu, pelbagai negara juga telah mengambil kesempatan dari kemajuan teknologi digital untuk kegiatan diplomasi mereka.

Bagaimana dengan Indonesia? Atin Prabandari dan Viyasa Rahyaputra dari Universitas Gadjah Mada menulis bahwa Indonesia perlu menyusun cetak biru untuk agenda diplomasi digital.

Selalu, untuk selamanya. Hampir setiap orang berharap ini soal kesetiaan pasangannya. Namun, Lucia O'Sullivan dari University of Brunswick menulis bahwa riset menunjukkan sangat kecil kemungkinan kita tidak tertarik pada orang selain pasangan kita. Manusia memiliki ekspektasi terlalu tinggi terhadap monogami dan perselingkuhan tetap menjadi penyebab terbesar perceraian.

Prodita Sabarini

Editor

Artikel teratas

Indonesia belum memikirkan diplomasi digital secara sungguh-sungguh. Shutterstock

Era baru diplomasi digital dan mengapa Indonesia harus menyambutnya?

Atin Prabandari, Universitas Gadjah Mada ; Viyasa Rahyaputra, Universitas Gadjah Mada

Pemerintah Indonesia seharusnya dapat belajar dari Inggris dan Swedia dalam merumuskan agenda diplomasi digital.

Kesehatan

Apakah definisi monogami yang terlalu ketat melemahkan hubungan Anda? Penelitian menunjukkan pasangan mengharapkan ekslusivitas, dan perselingkuhan tetap menjadi penyebab perceraian terbesar. shutterstock.com

Di 2018 ini, Anda mungkin ingin berpikir ulang tentang monogami

Lucia O'Sullivan, University of New Brunswick

Ingin hubungan monogami tanpa adanya rasa cemburu? Menurut seorang peneliti, buang kekhawatiran soal hubungan dekat pasangan Anda dengan orang lain dan bikin aturan Anda sendiri soal hubungan.

Artikel menarik lainnya

Antara Dove, kecantikan sejati, dan sejarah produk pemutih kulit yang rasis

Liz Conor, La Trobe University

Iklan Dove mengundang kontroversi karena menampilkan wanita kulit hitam berubah putih setelah menggunakan produk Dove. Produk pemutih kulit punya sejarah yang rasis.

Sektor pengetahuan Indonesia mengejar ketinggalan tapi tetap ada ketimpangan

Helen Tilley, Overseas Development Institute; Arnaldo Pellini, Overseas Development Institute

Jumlah publikasi ilmiah di Indonesia mulai menunjukkan laju pertumbuhan yang menjanjikan. Tetapi masih banyak ketinggalan yang harus dikejar.

In English

  • What is digital diplomacy and why Indonesia should embrace it?

    Atin Prabandari, Universitas Gadjah Mada ; Viyasa Rahyaputra, Universitas Gadjah Mada

    The government should take advantage of digital technology as they will be able to extend their public diplomacy agenda in an even more interactive way.

  • Why you might want to rethink monogamy in 2018

    Lucia O'Sullivan, University of New Brunswick

    Seeking monogamy without jealousy? Try ditching the fear of your partner's intimate connections with others and write your own relationship rules, suggests a relationship researcher.

From around the world

Where will the global political hotspots be in 2018? (Spoiler alert: it's not all about Donald Trump)

Tony Walker, La Trobe University

From an Australian perspective, shifting power in the Indo-Pacific will be of primary importance in 2018 and beyond.

When a country’s towns and villages face extinction

Brendan F.D. Barrett, RMIT University

Across Japan, towns and villages are vanishing as the population ages and young people move to the cities. How the country manages this holds lessons for other developed nations facing a similar fate.

 

Acara-acara yang ditampilkan

History of Medicine in South East Asia (HOMSEA) Conference

11 Jalan Medan Merdeka Selatan, 17-18 Floor, Jakarta Pusat, Jakarta Raya, 10110, Indonesia — Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia

Lebih banyak acara