Catatan editor

Berbagai lembaga survei yang melakukan hitung cepat Pemilihan Presiden 2019 membuka data dan metodologi riset mereka pada publik, menjawab keraguan calon presiden Prabowo Subianto atas akurasi “hitung cepat” mereka yang memprediksi kemenangan petahana Joko Widodo.

Menurut Khaeruddin Kiramang, kandidat S3 Studi Informasi dari Curtin University, transparansi mengenai data dan metodologi, bagian dari prinsip sains terbuka, bisa memastikan akuntabilitas dan kredibilitas riset. Dengan dibukanya data, publik dan peneliti lain dapat memeriksa kualitas data dan menilai metodologi yang digunakan.

Ia menulis bahwa gerakan sains terbuka–yang mendorong keterbukaan data, akses, dan pendidikan–masih relatif baru di Indonesia. Mulai menggeliat pada 2015, kini berbagai komunitas sains terbuka mulai bermunculan.

BPJS Kesehatan merupakan salah satu yang mendukung keterbukaan data. Mulai Februari, penyedia jaminan kesehatan nasional ini, menyediakan data sampel periode 2015-2016 untuk publik. Peneliti kesehatan masyarakat Anis Fuad dari Universitas Gadjah Mada menulis bahwa data administratif jaminan kesehatan Indonesia diharapkan dapat membantu peneliti kesehatan untuk mengungkap berbagai masalah kesehatan yang belum jelas.

Nawala minggu ini dikirim ulang untuk mengoreksi kesalahan penulisan nama penulis.

Prodita Sabarini

Editor Eksekutif

Artikel teratas

www.shutterstock.com

Siapa yang lebih panjang umur: pemakan daging atau vegetarian?

James Brown, Aston University

Ada banyak penelitian di luar sana, tetapi membuat kesimpulan dari penelitian tersebut tidaklah mudah.

Kesehatan

Politik + Masyarakat

Sains + Teknologi

Seni + Budaya

In English

Lingkungan Hidup