Catatan editor

Saat Gunung Agung di Bali menunjukkan tanda-tanda kenaikan aktivitas vulkaniknya dalam sebulan terakhir, perhatian pemerintah terfokus menyelamatkan penduduk di sekitar gunung. Tindakan itu sudah benar. Di luar hal itu, bila gunung api meletus, lahar, wedhus gembel, dan gas panas bersuhu 700 derajat Celsius dari puncak gunung akan membakar dan mengubur vegetasi di sekitarnya. Setelah Gunung Agung meletus pada 1963, misalnya, hanya sekitar 10 persen permukaan tanah di sekitar Besakih yang diselimuti tanaman hijau. Sisanya gundul bagaikan telah disemen.

Riset Sutomo, peneliti ekologi vegetasi dan calon doktor Edith Cowan University Australia, menunjukkan setelah Gunung Merapi meletus pada 2006, hanya 9% pohon pinus yang selamat di sekitar gunung di Yogyakarta ini. Kabar baiknya, pinus juga memanfaatkan suhu tinggi untuk memecah kulit bijinya yang keras sehingga biji dapat menjadi semai anakan baru. Dan bila restorasi ekosistem pasca-erupsi berjalan lambat, kata Sutomo, dibutuhkan intervensi dari manusia.

Hati-hati bila Anda terlalu banyak duduk sepanjang hari ketimbang aktifitas yang membakar kalori. Riset terbaru menunjukkan duduk dan pasif di atas kursi selama 6-9 jam atau lebih per hari berhubungan dengan risiko lebih tinggi kematian, kanker, dan penyakit kardiovaskular. Saintis medis David Alter dari Universitas Toronto menulis bahwa masyarakat kontemporer membakar lebih sedikit kalori ketimbang masyarakat agraris. Ayo sering-seringlah berdiri dan berjalan agar lebih sehat!

Ahmad Nurhasim

Editor Sains + Teknologi

Artikel teratas

Gunung Agung berstatus awas pada 29 September 2017. Petani memelihara tanaman di kawasan Amed Bali. Darren Whiteside/REUTERS

Dampak erupsi gunung berapi terhadap vegetasi dan ekosistem

Sutomo, Edith Cowan University

Suhu tinggi saat gunung api meletus ikut membantu memecahkan kulit biji tusam yang keras sehingga biji dapat berkecambah dan menjadi semai anakan baru.

Kesehatan

  • Agar tidak mati akibat kelamaan duduk

    David Alter, University of Toronto

    Belakangan di kalangan urban di Indonesia ada istilah "mager", singkatan dari malas gerak. Awas, jangan sampai Anda mager sampai mati.

Artikel menarik lainnya

  • Bagaimana anak merusak kemesraan suami-istri?

    Matthew D. Johnson, Binghamton University, State University of New York

    Banyak ibu dan bapak paham konsekuensi memiliki anak pada hubungan pernikahan. Tetapi orang muda yang sedang jatuh cinta tidak tahu ini; mereka pikir punya anak akan memperindah pernikahan.

  • Jika ingin kaya, meniru Bill Gates ide yang buruk

    Chengwei Liu, Warwick Business School, University of Warwick

    Orang luar biasa berasal dari keadaan luar biasa yang tidak mudah direplikasi kesuksesannya seperti dalam kasus Bill Gates.

In English

  • How to stop sitting yourself to death

    David Alter, University of Toronto

    If you sit all day at work, then cancer, diabetes, heart disease and death are the likely outcomes. A cardiologist explains how the simple act of counting can reverse this evolutionary trend.

From around the world

 

Acara-acara yang ditampilkan

2nd International Conference on Hospital Administration

Faculty of Public Health, Universitas Indonesia, Jawa Barat, Indonesia — Universitas Indonesia

2nd International Conference on Science

Swiss-Belhotel Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia — Universitas Hasanuddin

The 2nd International Conference on Rural Development and Community Empowerment (Endinamosis 2017)

Jalan Ganesha No.10, Gedung CRCS ITB, Bandung, Jawa Barat, 40132, Indonesia — Institut Teknologi Bandung

HABITechno

East Hall (Aula Timur) Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat, Indonesia — Institut Teknologi Bandung

Lebih banyak acara