Catatan editor

Halo! Ini Fidelis, editor lingkungan hidup untuk Sepekan Lingkungan.

Sebentar ‘rehat’ dari manusia, kita tengok soal keanekaragaman hayati, penghuni Bumi lainnya, yaitu satwa dan tanaman.

Tahun lalu, panel PBB untuk penelitian keanekaragaman hayati atau Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES), mengeluarkan laporan yang mengejutkan, namun jarang diberitakan, bahwa sekitar satu juta spesies hewan dan tanaman terancam punah dalam jangka waktu sepuluh tahun.

Laju kepunahan tercepat dalam sejarah manusia, 100 hingga 1000 kali lebih cepat ketimbang laju kepunahan alami. Ini merupakan awal dari kepunahan massal ke-6 (sixth extinction). Kepunahan massal ke-5 terjadi 65 juta tahun lalu, di mana dinosaurus dan spesies lainnya menghilang dari muka Bumi.

Tahun 2012, peneliti dari Copenhagen sudah memperingatkan bahwa krisis keanekaragaman hayati akan lebih berbahaya dan cepat ketimbang krisis iklim.

Kepunahan keanekaragaman hayati akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia , spesies yang sangat tergantung untuk sumber makanan dan energi.

Ditambah dengan faktor lain, contohnya kebakaran hutan di Australia yang diprediksi berpengaruh terhadap sekitar satu miliar satwa, maka harus ada rencana penyelamatan spesies ini.

Senin kemarin, UN Convention on Biological Diversity merilis draf rencana untuk mengatasi krisis keanekaragaman hayati.

Target-targetnya antara lain melindungi 30% daerah lahan dan laut, dengan setidaknya 10% berada dalam ‘perlindungan total’ terutama dari spesies invasif, menurunkan polusi plastik hingga 50%.

Target ini rencananya akan disepakati dalam pertemuan tingkat tinggi di Cina, bulan Oktober nanti, dan akan menggantikan target sebelumnya di tahun 2010 yang gagal dicapai oleh negara-negara.

Manusia bukan spesies tunggal di Bumi, melainkan hidup bersama (co-exist) dengan satwa dan tanaman. Pentingnya keberadaan mereka tidak untuk semata-mata menghiasi keindahan alam, namun masing-masing memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia dan keberlangsungan Bumi.

Sekian dulu dari saya, sampai jumpa minggu depan! Jangan lupa berlangganan nawala kami!

Salam, Fidelis

Fidelis Eka Satriastanti

Editor Lingkungan Hidup

Lingkungan Hidup