Catatan editor

Sudah seminggu rentetan aksi terorisme mengguncang Indonesia dan memakan korban jiwa. Tapi bekasnya masih terasa. Edisi kali ini, kami kembali menyajikan serangkaian analisis mendalam dengan tema terorisme.

Tulisan pertama dari Rizky Alif Alfian dari Universitas Gadjah Mada membahas perubahan kelompok Islam konservatif seperti Front Pembela Islam (FPI) dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dalam menyikapi aksi terorisme. Kemudian Greg Barton dari Deakin University menulis penyerangan teroris di Indonesia kemarin menandakan bangkitnya kekuatan Islamic State (IS) atau Negara Islam yang baru saja kalah di Suriah dan Irak.

Ika Krismantari

Deputi Editor, Politik + Masyarakat

Artikel teratas

Pendukung Front Pembela Islam (FPI) berkumpul dalam aksi protes mereka di depan Markas Besar kepolisian Republik Inonesia pada 2017. Mast Irham/EPA

Pada era Jokowi, FPI, HTI, dkk. berubah mulai mengecam aksi terorisme

Rizky Alif Alvian, Universitas Gadjah Mada

Membaca perubahan wajah gerakan organisasi Muslim konservatif Indonesia terhadap serangan teroris

Politik + Masyarakat

Artikel menarik lainnya

Lewat propaganda berisi fantasi ISIS merekrut anggota

Wendy Andhika Prajuli, Bina Nusantara University

ISIS telah kehilangan sebagian besar wilayahnya, tapi penting menyadari bahwa ISIS bisa menggunakan internet dan media sosial untuk merekrut anggota dan menyebar propaganda.

Ketika teroris mengorbankan anak dalam aksi bom bunuh diriā€”apa yang bisa dilakukan?

Haula Noor, Australian National University

Serangan di Surabaya tidak hanya menunjukkan pergeseran peran perempuan dalam tindakan terorisme, tetapi juga keterlibatan keluarga dalam aksi teror.

In English

From around the world

 

Acara-acara yang ditampilkan

History of Medicine in South East Asia (HOMSEA) Conference

11 Jalan Medan Merdeka Selatan, 17-18 Floor, Jakarta Pusat, Jakarta Raya, 10110, Indonesia — Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia

Lebih banyak acara