Catatan editor

Kebanyakan calon mahasiswa di negara-negara ASEAN, ketika memikirkan kuliah di luar negeri, memilih negara non-ASEAN. Inggris, AS, dan Australia masih jadi pilihan tradisional dan Cina serta India mulai berusaha menyaingi.

Jaruwat Kiatiwongse dari Bangkok University dan Rosalia Sciortino dari Mahidol University mengatakan sebenarnya kuliah trans-ASEAN bisa menjadi pilihan menarik karena bisa menawarkan pengalaman mendalam di kawasan Asia Tenggara. ASEAN sendiri sedang mengupayakan integrasi pendidikan dalam rangka Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Evi Mariani

Deputi Editor, Editor Politik + Masyarakat

Artikel teratas

Mahasiswa dari berbagai negara ASEAN melakukan pertukaran di universitas di Thailand. Thiranun Kunatum/Shutterstock

Pendidikan trans-ASEAN mengajak mahasiswa mengalami wawasan regional yang sesungguhnya

Jaruwat Kiatiwongse, Bangkok University; Rosalia Sciortino, Mahidol University

Ingin kuliah ke luar negeri? Mengapa tidak di negara-negara ASEAN? Organisasi ini sedang berusaha mengintegrasikan pendidikannya agar generasi muda bisa menikmati pengalaman bermakna di kawasan.

Seni + Budaya

Artikel menarik lainnya

Teknologi digital berpotensi memicu revolusi sains dalam penelitian sosial

Roby Muhamad, Universitas Indonesia

Teknologi digital dan kemampuannya memproses data yang dihasilkan manusia dalam jumlah besar dapat menjadi alat penelitian sosial yang perkasa.

Kebijakan kilat, pemimpin inovatif, dan nasib demokrasi Indonesia

Amalinda Savirani, Universitas Gadjah Mada

Banyak pemimpin lokal berinovasi untuk menyiasati birokrasi yang lamban dan berbelit, menerabas aturan agar program bisa cepat terwujud. Namun kepentingan warga kadang terabaikan.

In English

  • Trans-ASEAN education can play a role in building a regional community

    Jaruwat Kiatiwongse, Bangkok University; Rosalia Sciortino, Mahidol University

    Southeast Asian countires have a goal to integrate their higher education network to give young generations a truly regional experience. Is it possible?

  • More research needed for responsible peatland management in Indonesia

    Supiandi Sabiham, Institut Pertanian Bogor; Budi Indra Setiawan, Institut Pertanian Bogor; Budiman Minasny, University of Sydney; Dian Fiantis, Universitas Andalas

    A balanced research program should focus on good and rational peat management efforts that minimise environmental impacts, and on water regulation that reduces the risk of fire.

From around the world

Intersectionality in action: Brazilian women are organizing across class and race lines to decry inequality in a country that remains deeply ‘machista.’ Naco Doce/Reuters

Beyond #MeToo, Brazilian women rise up against racism and sexism

Alvaro Jarrin, College of the Holy Cross; Kia Lilly Caldwell, University of North Carolina – Chapel Hill

Before #MeToo, Brazilian women launched #MyFirstHarrassment and marched for racial equality. Today, this feminist resurgence is tackling health care, plastic surgery, violence and more.

 

Acara-acara yang ditampilkan

History of Medicine in South East Asia (HOMSEA) Conference

11 Jalan Medan Merdeka Selatan, 17-18 Floor, Jakarta Pusat, Jakarta Raya, 10110, Indonesia — Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia

Lebih banyak acara