Catatan editor

Presiden Joko “Jokowi” Widodo bikin ulah lagi di media sosial. Kali ini dia bergaya bak anak muda mengendarai motor besar sambil memakai jaket jins dan sepatu Vans. Sontak, fotonya pun langsung viral.

Kami mewawancarai dua ahli komunikasi politik untuk menemukan makna di balik pencitraan Jokowi yang baru ini. Dikenal sebelumnya sebagai presiden semua umat, Jokowi membangun citra yang baru dan lebih muda. Mereka beranggapan bahwa strategi ini bertujuan untuk meraih suara anak muda yang jumlahnya cukup signifikan di pemilihan presiden di tahun 2019.

Di dalam buah ada gula. Ahli nutrisi mengatakan gula tidak baik untuk kesehatan. Maka apakah kita harus mengurangi makan buah? Jawabnya tidak. Kacie Dickinson dari Flinders University dan Jodi Bernstein dari University of Toronto menjelaskan soal jenis-jenis gula dan mengapa gula alami dalam buah aman untuk dikonsumsi.

Ika Krismantari

Deputi Editor, Politik + Masyarakat

Artikel teratas

Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengganti strategi kampanyenya menjelang pemilihan umum 2019 untuk menjaring suara pemilih muda. Eka Nickmatulhuda/AAP

Motor besar, sneaker dan jaket jins: Jurus pencitraan Jokowi untuk memenangkan hati pemilih pemula di 2019

Ika Krismantari, The Conversation

Foto Presiden Joko "Jokowi" Widodo bergaya dengan motor besar, sepatu Vans dan jaket jeans ketika berkunjung ke Sukabumi, Jawa Berat jadi viral di media sosial. Apakah ada makna di balik itu?

Kesehatan

Semua jenis gula akan memberi jumlah kalori yang sama, baik dari buah maupun dari minuman ringan. Shutterstock

Jika gula memang buruk bagi kesehatan, mengapa gula dalam buah tidak apa-apa?

Kacie Dickinson, Flinders University; Jodi Bernstein, University of Toronto

Kita sering disarankan untuk mengurangi asupan gula. Tapi jangan berarti berhenti makan buah. Makan buah utuh (bukan jus) itu jauh lebih sehat.

Artikel menarik lainnya

Kebijakan soal pencari suaka tak ideal—tapi satu langkah perbaikan

Dio Herdiawan Tobing, Universitas Gadjah Mada

Sebuah peraturan presiden tentang pengungsi yang keluar Desember lalu menjunjung kewajiban hukum kebiasaan internasional untuk tidak mengusir atau mengembalikan pengungsi.

Kota dan kabupaten mungkin diminta menampung pengungsi—maukah mereka?

Yunizar Adiputera, Universitas Gadjah Mada ; Antje Missbach, Monash University; Atin Prabandari, Universitas Gadjah Mada

Pemerintah daerah bisa saja diminta menyediakan penampungan bagi pencari suaka dan pengungsi menurut peraturan presiden tentang pengungsi. Ini mungkin akan menemui tantangan dalam pelaksanaannya.

In English

From around the world

 

Acara-acara yang ditampilkan

History of Medicine in South East Asia (HOMSEA) Conference

11 Jalan Medan Merdeka Selatan, 17-18 Floor, Jakarta Pusat, Jakarta Raya, 10110, Indonesia — Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia

Lebih banyak acara