Catatan editor

Bulan April ini, The Conversation Indonesia memilih tema “Kesehatan Ibu dan Anak” dalam rangka memperingati hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April. Tulisan pertama dari Endang Surjaningrum, dosen di Universitas Airlangga. Ia menulis mengenai pengaruh depresi pada ibu dan calon ibu terhadap kesehatan anak dan bayinya.

Setidaknya satu dari delapan ibu di dunia menderita depresi. Gawatnya depresi ini tidak hanya berdampak negatif pada ibu saja, tetapi juga pada kesehatan anak. Lewat tulisannya, Endang menjabarkan bahwa depresi ibu bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan bagi sang anak. Mengingat betapa buruknya dampak depresi ibu pada sang anak, Endang berusaha memberikan solusi untuk menjamin kebahagiaan ibu yang akan berdampak pada kesehatan anak.

Riset menunjukkan, para ibu adalah sosok yang paling sering memposting informasi tentang anak di media sosial—terutama foto keluarga. Para ibu juga kerap dicibir dan dihakimi gara-gara kegiatan yang mendapat julukan “sharenting” ini.

Riset Liza Lazard dari The Open University dengan beberapa peneliti lain menunjukkan postingan para ibu adalah ekspresi online cinta dan perhatian para ibu di era digital.

Ika Krismantari

Deputi Editor, Politik + Masyarakat

Artikel teratas

Satu dari delapan perempuan di dunia menderita depresi ketika hamil dan sesudah melahirkan. Padahal kebahagiaan ibu dan calon ibu menentukan kesehatan si bayi. www.shutterstock.com

Dari ibu yang bahagia lahir bayi yang sehat

Endang Surjaningrum, Universitas Airlangga

Emosi positif sang ibu ternyata berpengaruh terhadap kesehatan anak.

Politik + Masyarakat

Senyuum! Semua orang sudah muak dengan foto-foto kita. www.shutterstock.com

Sharenting: mengapa para ibu suka sekali posting foto anak di media sosial?

Lisa Lazard, The Open University; Abigail Locke, University of Bradford; Charlotte Dann, University of Northampton; Rose Capdevila, The Open University; Sandra Roper, University of Bedfordshire

Banyak orang tua memposting cerita dan foto tentang anak mereka karena bangga. Tapi ini bisa memicu konflik keluarga juga.

Artikel menarik lainnya

Kepingan pengalaman hidup pekerja perempuan rumahan

Dinar Dwi Prasetyo, SMERU Research Institute

Pekerja rumahan menerima banyak beban risiko kerja disebabkan keterasingan mereka dari data statistik, pengakuan, dan regulasi pemerintah.

Jumlah laki-laki melebihi perempuan di bidang teknologi. Apakah ini bawaan biologis?

Alice H. Eagly, Northwestern University

Apakah bawaan biologis berdasar jenis kelamin bisa menjelaskan mengapa lebih banyak laki-laki di Silicon Valley?

In English

  • Happy mommies make healthy babies

    Endang Surjaningrum, Universitas Airlangga

    Making mothers happy is important for the wellbeing of the babies. How can we do that?

  • Sharenting: why mothers post about their children on social media

    Lisa Lazard, The Open University; Abigail Locke, University of Bradford; Charlotte Dann, University of Northampton; Rose Capdevila, The Open University; Sandra Roper, University of Bedfordshire

    How parents who post about their kids do so out of pride, but can spark family conflict too.

From around the world

 

Acara-acara yang ditampilkan

History of Medicine in South East Asia (HOMSEA) Conference

11 Jalan Medan Merdeka Selatan, 17-18 Floor, Jakarta Pusat, Jakarta Raya, 10110, Indonesia — Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia

Lebih banyak acara