Catatan editor

Dalam rangka memperingati Hari Malaria Dunia yang jatuh pada tanggal 25 April, kami menerbitkan sebuah tulisan yang membahas penyakit yang masih menjadi ancaman bagi dunia.

Data dari WHO menyebutkan bahwa malaria membunuh 445.000 orang di tahun 2016.

Saat ini sudah begitu banyak penelitian-penelitian terkait upaya pemberantasan malaria. Untuk edisi kali ini, peneliti dari Eijkman Institute Jakarta Rintis Noviyanti mengangkat topik yang jarang dibahas, yaitu penyakit malaria pada ibu hamil. Tulisannya menceritakan dampak malaria pada ibu hamil dan bayi di Timika, Papua dan juga strategi yang tepat untuk memerangi malaria pada ibu hamil.

Opini publik di dunia tampaknya menerima intervensi kemanusian yang dilakukan oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis di Suriah pada 13 April lalu. Padahal, menurut hukum internasional, serangan militer terbatas di instalasi senjata kimia milik rezim Bashar Assad itu sejatinya adalah tindakan ilegal. Tanpa persetujuan Dewan Keamanan PBB, Presiden Donald Trump tidak memiliki wewenang untuk meluncurkan sebuah rudal tunggal demi menghentikan serangan di masa depan, bahkan untuk tujuan yang jelas dan adil seperti menyelamatkan kehidupan masyarakat sipil. Di Dewan Keamanan PBB, Rusia (yang mendukung Assad) berulang kali memveto proposal untuk menindak tegas Suriah, sehingga proposal itu selalu mental. 

Andrew Bell dari Indiana University menulis Amerika Serikat seharusnya bekerja sama untuk menghentikan serangan senjata kimia di masa depan terhadap masyarakat sipil dengan mensponsori inisiatif internasional untuk memperbarui Piagam PBB.

Ika Krismantari

Deputi Editor, Politik + Masyarakat

Artikel teratas

shutterstock. www.shutterstock.com

Dampak malaria pada ibu hamil di Papua dan cara melawan penyakit ini

Rintis Noviyanti, Eijkman Institute for Molecular Biology

Perempuan yang hamil pertama lebih rentan terkena infeksi malaria dibanding dengan mereka yang pernah hamil beberapa kali.

Politik + Masyarakat

Artikel menarik lainnya

Potret prekariat sukarela di sektor kreatif Indonesia

Hizkia Yosie Polimpung, Purusha Research Cooperative

Pekerja kreatif banyak yang menganggap masalah subsistensi mereka bukanlah agenda untuk diperjuangkan bersama, tetapi merupakan masalah dapur masing-masing.

Perempuan juga kena serangan jantung, tapi gejalanya kerap disalahartikan

Patricia Davidson, Johns Hopkins University

Penyakit jantung lama dianggap penyakitnya laki-laki. Ketidaktahuan kita mengenai dampaknya pada perempuan menyebabkan hasil yang berbeda antara perempuan dan laki-laki yang mengalami hal yang sama.

In English

From around the world

  • Rap music's path from pariah to Pulitzer

    Lakeyta Bonnette-Bailey, Georgia State University

    Hip-hop heads around the world are rejoicing over Kendrick Lamar's win. But it's been a tumultuous ride for a genre once derided as 'pornographic filth.'

  • Fake drugs are one reason malaria still kills so many

    Jackson Thomas, University of Canberra; Erin Walker, University of Canberra; Gregory Peterson, University of Tasmania; Mark Naunton, University of Canberra

    Each year, 500,000 people die of malaria annually, a preventable disease. Most of them children in Africa, where many anti-malarial drugs are fake or substandard.

 

Acara-acara yang ditampilkan

History of Medicine in South East Asia (HOMSEA) Conference

11 Jalan Medan Merdeka Selatan, 17-18 Floor, Jakarta Pusat, Jakarta Raya, 10110, Indonesia — Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia

Lebih banyak acara