Catatan editor

Penduduk kota “baru” atau suburbia setiap hari menempuh jarak berpuluh kilometer—kerap dalam kemacetan—demi ke kota induknya: Jakarta, Semarang, Surabaya, untuk menyebut beberapa.

Padahal kota-kota bikinan pengembang tersebut seharusnya mengurangi beban ke kota induk. Tapi Rendy A. Diningrat dari SMERU Research Institute tidak mempersalahkan penduduknya, toh wajar saja kalau mereka sulit mendapatkan pekerjaan layak di kota baru yang mereka tinggali.

Dua ilmuwan senior Inggris menulis artikel yang mungkin membuat Anda kurang senang. Menurut para profesor ini, kita ini didorong bukan oleh kesadaran. Baca penjelasan mereka.

Evi Mariani

Deputi Editor, Editor Politik + Masyarakat

Artikel teratas

Kepadatan lalu lintas dari arah gerbang tol Jakarta menuju BSD, Tangerang Selatan, di jam sibuk sore. Foto diambil 2014. Rendy Diningrat

Penduduk kota 'baru' berjibaku ke Jakarta setiap hari: mengapa?

Rendy A. Diningrat, SMERU Research Institute

Penduduk kota baru—seperti BSD City, Bumi Parahiyangan, Bumi Semarang Baru—setiap hari tetap menglaju ke kota induknya. Padahal kota baru dirancang agar mengurangi beban kota induknya.

Sains + Teknologi

Artikel menarik lainnya

Mengapa gunung api meletus?

Mirzam Abdurrachman, Institut Teknologi Bandung

Apa yang terjadi di bawah permukaan Bumi sebelum gunung api meletus? Bagaimana bisa angin topan dan mencairnya gletser berkontribusi pada letusan besar?

Bagaimana anak merusak kemesraan suami-istri?

Matthew D. Johnson, Binghamton University, State University of New York

Banyak ibu dan bapak paham konsekuensi memiliki anak pada hubungan pernikahan. Tetapi orang muda yang sedang jatuh cinta tidak tahu ini; mereka pikir punya anak akan memperindah pernikahan.

In English

From around the world

 

Acara-acara yang ditampilkan

History of Medicine in South East Asia (HOMSEA) Conference

11 Jalan Medan Merdeka Selatan, 17-18 Floor, Jakarta Pusat, Jakarta Raya, 10110, Indonesia — Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia

Lebih banyak acara