Halo Pembaca,

Semoga Anda sehat dan tetap lancar aktivitasnya saat bekerja dari rumah.

Selain penerapan ketat protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19, kerja sama yang erat antara pemerintah pusat dan daerah, serta antara pemerintah dan rakyat merupakan jalan terbaik untuk mengendalikan virus corona di Indonesia, juga di dunia. Penyebaran virus ini dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah pada level makro dan perilaku masyarakat pada level mikro di masyarakat. Itupun dengan catatan kebijakan pemerintah menggunakan rujukan yang kuat dan ilmiah.

Sampai kini kasus terkonfirmasi mencapai lebih dari 278.000 kasus, dengan pertambahan harian di atas 3.500 kasus. Dibanding kasus harian pertengahan September lalu, yang mencapai di atas 4.000, memang ada sedikit penurunan. Pertanyaannya, apakah penurunan ini tren yang terus menurun atau hanya fluktuatif. Data kasus sebulan terakhir menunjukkan jumlah kasus harian naik turun.

Saat kasus tidak menunjukkan penurunan yang signifikan, pemerintah tetap melanjutkan tahapan pemilihan kepala daerah pada 9 Desember di 270 daerah. Ada banyak protes dari masyarakat sipil dan organisasi agama, tapi pemerintah tidak menggubris. Belum pula kampanye “tradisional” dimulai, 60 calon kepala daerah positif COVID. Ini artinya penularan yang lebih besar dan lebih luas hanya tinggal menunggu waktu hingga akhir Desember nanti.

Saat kluster COVID di perkantoran belum bisa kendalikan, kebijakan pemerintah ini justru berpotensi melahirkan kluster baru virus corona dari ajang pilkada. Fakta dari Malaysia telah menunjukkan bukti bahwa pilkada mendorong penyebaran virus. Sabah, sebuah negara bagian di Malaysia yang menggelar pemilu lokal, menjadi penyumbang naiknya kasus COVID di negara itu baru-baru ini.

Ini memang ironi. Pemerintah ingin menurunkan kasus COVID harian dengan membatasi pengumpulan massa dalam jumlah besar, tapi medium (baca: pilkada dan kampanye) untuk pengumpulan massa itu justru diberi panggung. Walau kini akan susun mekanisme kampanye yang "aman", hal itu tidak menjamin perkumpulan orang dalam jumlah besar bisa dihindari. Inilah kebijakan yang mengancam hak-hak kesehatan dan mengancam keselamatan masyarakat.

Ahmad Nurhasim

Editor Sains + Kesehatan, Kepala Divisi Training

Kebutuhan tenaga farmasi makin penting di tengah munculnya penyakit baru seperti COVID-19 dan berkembangnya riset obat. National Cancer Institute/Unsplash

Mengenal profesi apoteker: perannya besar dalam selamatkan nyawa tapi kerap tak terlihat

Lailaturrahmi, Universitas Andalas

Baik pada masa normal maupun wabah, apoteker memberikan pelayanan kefarmasian yang tak tergantikan.

Kesehatan

In English

COVID-19