Halo, semua! Semoga selalu dalam keadaan sehat.

Selamat datang kembali ke Sepekan Lingkungan, nawala yang menyajikan highlight berita-berita seputar lingkungan mancanegara dan nasional.

Mengakali tumpang tindih sawit di kawasan hutan

Rencana kontroversial sejumlah akademikus pendukung kelapa sawit untuk menyusun kajian ilmiah tentang penempatan kelapa sawit sebagai tanaman hutan terus berlanjut. Guna pengayaan pandangan dalam penyusunan kajian, Pusat Kajian dan Advokasi Konservasi Alam (Pusaka Kalam) bersama IPB University menggelar diskusi bersama puluhan pakar dari beragam perguruan tinggi.

Yanto Santosa, anggota Dewan Pakar Pusaka Kalam menyatakan tudingan sawit menjadi penyebab deforestasi dan masalah lingkungan lainnya menjadi salah satu pertimbangan penyusunan kajian ilmiah tersebut.

Kajian ini juga didukung Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) yang mengharapkan kajian ilmiah dapat mengupas kemungkinan sawit sebagai tanaman hutan. Jika kajian ini diakui pemerintah, maka persoalan tumpang tindih 3,4 juta ha kebun sawit  di kawasan hutan bisa segera diselesaikan.

Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Sigit Sunarta, menolak usulan yang dianggapnya terlalu pro-taipan sawit. Dalam paparannya, Sigit mengkhawatirkan usulan ini justru membuat deforestasi kian masif.


Menuntut perbaikan kondisi ayam KFC

Campaign Manager World Animal Protection Indonesia, Rully Prayoga, menulis surat terbuka kepada pemilik KFC Indonesia, Ricardo Gelael, untuk segera menerapkan komitmen penggunaan ayam yang lebih baik.

Dalam komitmen ini, perusahaan menggunakan ayam yang bertumbuh lebih lambat dibandingkan umur ayam potong industri modern (sekitar enam pekan).  Komitmen turut mencakup penggunaan ayam petelur dari kandang baterai yang sangat sempit.

Di delapan negara Eropa, KFC sudah meneken komitmen ini dalam memenuhi permintaan produk mereka. Rully meminta komitmen serupa diterapkan di KFC Indonesia.

Tuntutan tersebut  diperkuat dari hasil survei World animal Protection Indonesia yang menyatakan, sekitar 67% konsumen ayam menginginkan produk yang dikonsumsi mereka berasal dari peternakan yang mementingkan kesejahteraan hewan.


Kicauan musim semi yang kian sepi

Sebuah studi dari University of East Anglia, Inggris, melaporkan surutnya keanekaragaman hayati berdampak pada aktivitas burung yang semakin sepi.

Studi menganalisis cuitan burung dari 200 ribu lokasi di  Amerika dan Eropa selama 25 tahun belakangan. Data tersebut kemudian dikompilasi untuk menjadi satu format yang dianalisis secara kronologis. Hasil kicauan juga dikonversi menjadi gambar spektogram untuk meyakinkan peneliti bahwa sejak beberapa tahun silam, kicauan tak lagi semarak.

 

Oh ya teman-teman, mulai awal Januari tahun depan, The Conversation akan meleburkan seluruh konten newsletter kami ke dalam satu newsletter utama. Harapannya, kami bisa menyajikan ringkasan berita dan analisis secara lebih efisien, terpusat, namun tetap beragam.

Sampai jumpa pada nawala berikutnya.


Salam lestari!

Robby Irfany Maqoma

Editor Lingkungan

Lingkungan

In English