Halo pembaca,

Semoga Anda sehat baik secara fisik maupun jiwa.

Langkah pemerintah Indonesia membatasi secara ketat pergerakan orang menjelang dan sesudah Lebaran tahun ini merupakan langkah yang tepat. Larangan ini menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 belum bisa dikendalikan. Malah sebaliknya, risiko penularan makin besar jika masyarakat dibiarkan bergerak antara daerah. Apalagi kini tidak ada di daerah di Indonesia yang selamat dari serangan virus corona.

Sebenarnya, kebijakan itu belum mencukupi karena, kini seiring dengan makin banyaknya orang yang divaksin, masalah pelacakan dan pengetesan tampaknya makin kurang mendapat perhatian. Padahal, tanpa pelacakan dan pengetesan yang optimal, penularan baru di masyarakat tetap terjadi dan tidak terpantau. Februari lalu terungkap bahwa jumlah pelacak hanya 5.000 orang di seluruh Indonesia. Sepertiga dari angka itu ada di Jakarta.

Karena itu, selain melarang ketat pergerakan masyarakat dari kota-kota besar ke kota lebih kecil dan pedesaan, pemerintah harusnya juga meningkatkan jumlah pelacakan kontak orang-orang dengan yang berinteraksi dengan penderita COVID dan segera mengisolasi mereka hingga sembuh. Di tengah minimnya jumlah pelacak, saatnya pemerintah melibatkan anggota masyarakat untuk menambal kekurangan tersebut. Masyarakat juga harus selalu memakai masker di ruang-ruang publik.

Sementara itu, di level global, India baru-baru ini mencatatkan rekor kasus tertinggi dalam 24 jam terakhir mencapai lebih dari 300.000 kasus COVID. Jumlah kematian akibat virus ini juga melonjak karena terjadi kelangkaan tabung oksigen di berbagai rumah sakit di sana. Rumah sakit kewalahan dan krematorium juga sesak.

Para ahli mengatakan pemerintah India mengabaikan peringkatan infeksi gelombang kedua akibat ada banyak kumpulan orang tanpa mengenakan masker saat pawai politik besar-besaran, festival keagamaan di tepi sungai Gangga awal bulan ini.

Ahmad Nurhasim

Editor Sains + Kesehatan, Kepala Divisi Training

  • Riset: pada 2019 saja perempuan Indonesia kehilangan waktu 36 juta tahun untuk hidup sehat

    Lenny Lia Ekawati, University of Oxford; Iqbal Elyazar, Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU); Tety Rachmawati, National Institute of Health Research and Development (NIHRD), Ministry of Health Indonesia; Wahyu Pudji Nugraheni, National Institute of Health Research and Development (NIHRD), Ministry of Health Indonesia

    Individu, keluarga, masyarakat dan pengambil kebijakan bersama-sama mencegah risiko kematian dengan mengubah perilaku, pola konsumsi, dan membelanjakan anggaran untuk menunjang hidup sehat.

Kesehatan

In English