Halo! Jumpa lagi di nawala Catatan Mingguan; berikut kilasan perkembangan sosial dan politik penting dari sepekan terakhir.

Pekan lalu, sebuah siklon tropis yang diberi nama Seroja memicu banjir bandang, longsor, angin kencang, hingga gelombang tinggi di wilaya Nusa Tenggara Timur (NTT).

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan setidaknya 174 orang meninggal di NTT dan 48 orang masih hilang akibat bencara tersebut; dua orang juga dilaporkan meninggal di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Menurut BNPB, sebagian besar wilayah yang terdampak bencana sudah bisa diakses, namun masih ada tiga desa yang terisolasi. Masih ada pula lokasi terdampak bencana yang kesulitan ketersediaan listrik, sinyal telekomunikasi, dan bahan bakar minyak.

Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan siklon tropis Seroja merupakan peristiwa yang langka dan baru pertama kali terjadi di Indonesia.

Pekan lalu TCID menurunkan tulisan bahwa perubahan iklim membuat Laut Timor dan Laut Banda berpotensi menjadi tempat perkembangbiakkan baru siklon tropis dan berpotensi terjadi tahunan.

Pemerintah perlu segera memasukkan siklon tropis dalam kategori bencana, dan memperbarui kesiapan dan sistem peringatan dini.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyetujui rencana Presiden Joko “Jokowi” Widodo memisahkan Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN dari Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek), serta mengubah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menjadi Kementerian Investasi. Kemenristek akan dilebur dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud.

BRIN berdiri pada 2019 berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) yang bersifat sementara berlaku sampai 31 Desember 2019.

Pada Maret 2020, Jokowi telah menandatangani Perpres tentang BRIN, namun Perpres tidak bisa efektif terlaksana karena tak pernah diundangkan oleh Kementerian Hukum dan HAM.

Simak pula artikel baru dari desk Politik+Masyarakat yang membahas tentang bagaimana perempuan dan generasi muda bisa terlibat dalam gerakan terorisme, dan bagaimana polisi virtual seharusnya mengambil peran dalam edukasi literasi digital serta tidak menjadi alat represi baru.

Demikian catatan pekan ini. Kita jumpa lagi pekan depan. Jaga kesehatan dan jaga kewarasan.

Andre Arditya

Editor Politik + Masyarakat

Politik + Masyarakat