Halo pembaca, semoga Anda sehat dan lancar aktivitasnya.
Perang dan penyebaran penyakit menular memiliki hubungan erat. Perang Dunia I memicu pandemi Flu Spanyol. Invasi Amerika Serikat di Irak dan Afganistan menyebabkan epidemi bakteri
super yang resisten terhadap antibiotik. Perang saudara Suriah sejak 2011 melahirkan kembali wabah polio yang sebelumnya telah punah sejak 1995.
Perang dan konflik bersenjata menjadi faktor penularan wabah penyakit karena beberapa alasan. Perpindahan ratusan ribu atau bahkan jutaan pengungsi dari satu wilayah perang ke wilayah non-perang, kondisi lokasi pengungsian yang penuh sesak dengan sanitasi buruk dan air bersih yang kurang, terbatasnya nutrisi dan pelayanan kesehatan merupakan faktor-faktor memicu penyebaran wabah penyakit menular.
Hampir sebulan Rusia menyerang Ukraina, telah menyebabkan lebih dari 2,5 juta orang mengungsi untuk menghindari serangan tentara Rusia. WHO telah memperingatkan bahwa perang di Ukraina akan memperburuk pandemi COVID-19 di negara dan kawasan tersebut. Secara global, WHO telah menyediakan kerangka untuk mencegah dan mengendalikan penyakit menular internasional melalui Regulasi Kesehatan Internasional. Masalahnya adalah
saat terjadi perang kapasitas negara untuk menelusuri dan melaporkan kasus-kasus penyakit menular melemah karena sumber daya fokus untuk perang.
Karena itu, para pemimpin negara di area konflik dan non-konflik harus mencegah pandemi dari konflik bersenjata melalui kesepakatan internasional. Tanpa ada pengawasan dan pelaporan wabah yang memadai dari area perang, risiko penularan penyakit begitu besar. Dan yang terpenting, perang dan konflik bersenjata juga harus diakhiri untuk menghentikan perpindahan penduduk sipil dalam jumlah besar dan menciptakan perdamaian.
|
Calon penumpang pesawat berjalan di depan papan jadwal penerbangan domestik di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, 8 Maret 2022.
ANTARA FOTO/Fauzan/aww
Trevino Pakasi, Universitas Indonesia
Kondisi sudah divaksinasi memang tidak menjamin seseorang tidak akan terinfeksi, bahkan berbagai vaksin lainnya pun yang sudah lebih lama ada, tidak bisa menjamin bahwa seseorang akan bebas 100%.
|
Kesehatan
|
-
Hardisman Dasman, Universitas Andalas
Berbagai kegiatan dapat dilakukan dalam mitigasi seperti penyiapan sarana prsarana, alur transportasi, edukasi masyarakat dan lainnya.
-
Paul Hunter, University of East Anglia
Inilah yang kita ketahui sejauh ini tentang mengapa infeksi ulang terjadi dan apa efeknya.
-
Brad Ridoutt, CSIRO
Mengganti satu makanan dengan yang lain – apa pun alasannya – mungkin tidak menghasilkan pilihan yang lebih sehat.
-
Irawan Jati, The University of Queensland
Hak dan kemudahan untuk mencari suaka di Eropa yang didapat pengungsi Ukraina tidak dirasakan oleh pengungsi lain yang datang dari luar Eropa.
-
Yunizar Adiputera, Universitas Gadjah Mada ; Antje Missbach, Monash University; Atin Prabandari, Universitas Gadjah Mada
Pemerintah daerah bisa saja diminta menyediakan penampungan bagi pencari suaka dan pengungsi menurut peraturan presiden tentang pengungsi. Ini mungkin akan menemui tantangan dalam pelaksanaannya.
-
Ermi Ndoen, Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) Kupang
Dalam kondisi darurat, penyakit yang paling gampang menimbulkan kejadian luar biasa adalah campak dan malaria.
-
Max Walden, The University of Melbourne; Balawyn Jones, The University of Melbourne
Solidaritas sesama Muslim, hukum adat, dan pengalaman konflik dan bantuan asing dapat menjelaskan mengapa orang Aceh sangat terbuka pada orang yang kesulitan.
-
Allen Cheng, Monash University
Penyakit menular via kontak antar-orang dan juga kontak orang dan habitat hewan. Di negara maju ada pergeseran masalah dari penyakit menular ke penyakit tidak menular.
-
Laura Mauldin, University of Connecticut
Berbicara tentang perawatan, penelitian tentang long COVID telah menghasilkan pedoman pengobatan yang diusulkan, yang menjanjikan untuk membantu orang hidup lebih baik dengan kondisi tersebut.
|
|