Halo pembaca,
Kami berharap Anda tetap sehat dan menerapkan protokol kesehatan di manapun Anda beraktivitas.
Hampir satu setengah bulan setelah liburan panjang akhir tahun, level penularan COVID-19 di Indonesia makin mengkhawatirkan. Hanya jangka waktu dua pekan, jumlah kasus positif COVID-19 di negeri ini meningkat lebih dari sepuluh kali lipat, dari angka sekitar 2.600 kasus menjadi 32 ribu kasus pada Jumat 4 Februari. Varian baru Omicron merupakan tertuduh utama dalam cepatnya penyebaran COVID-19. Pemerintah memang telah memprediksi bahwa ada bulan ini kasus positif bisa mencapai tiga kali lipat (sekitar 100-150 ribu) dari saat puncak varian Delta yang mencapai hampir 60 ribu pada Juni tahun lalu.
Ikatan Dokter Indonesia telah menyatakan bahwa Indonesia kini telah memasuki gelombang ketiga penularan COVID-19. Ini merujuk pada level positivity rate sudah berada di atas 30% dari total yang dites per hari. Karena itu pemerintah mengimbau masyarakat untuk memperketat gerakan dan menerapkan protokol kesehatan. Pemerintah telah meningkatkan persiapan layanan kesehatan guna menghadapi gelombang ketiga
penyebaran COVID-19.
Sementara itu, peneliti telah menemukan varian HIV baru di Belanda. Varian baru ini, VB, tampaknya menyebabkan perkembangan penyakit yang lebih cepat dibanding varian lainnya. Tanpa pengobatan, infeksi VB akan berkembang menjadi AIDS rata-rata dalam waktu dua sampai tiga tahun setelah dideteksi HIV. Dalam HIV varian lainnya, perkembangan serupa butuh waktu enam hingga tujuh tahun. HIV menghancurkan sel-sel kekebalan dalam tubuh dan menyebabkan jumlah sel turun drastis. Jika tidak diobati, infeksi ini berkembang menjadi AIDS.
|
Polisi merazia masker di kawasan Cilandak, Jakarta, 3 Februari 2022. Secara individual, pakai masker atau tidak di pengarui oleh perasaan rentan terinfeksi dan keengganan terinfeksi COVID-19.
ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc
Adrianna Bella, Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI)
Semakin besar seseorang mempercayai misinformasi pengobatan dan pencegahan non-psikologis serta teori konspirasi, semakin ia enggan menjaga jarak
|
Kesehatan
|
-
Lutfi Amiruddin, Universitas Brawijaya; Slamet Thohari, Universitas Brawijaya; Ucca Arawindha, Universitas Brawijaya
Meskipun pandemi telah berlangsung selama lebih dari satu tahun, apakah layanan informasi Covid-19 mudah diakses oleh penyandang disailitas di Indonesia?
-
Dimas Iqbal Romadhon, University of Washington
Mereka yang memiliki pengalaman penyakit kusta, baik sebagai pasien, mantan pengidap, dan keluarga, memiliki hak untuk hidup tanpa stigma dan diskriminasi.
-
Arief Priyo Nugroho, National Institute of Health Research and Development (NIHRD), Ministry of Health Indonesia; Diyan Ermawan Effendi, National Institute of Health Research and Development (NIHRD), Ministry of Health Indonesia; Sri Handayani, National Institute of Health Research and Development (NIHRD), Ministry of Health Indonesia
Dalam 70 tahun terakhir, perbaikan akses terhadap pelayanan kesehatan di negeri ini terus terjadi pada sisi askeptabilitas, ketersediaan, dan keterjangkauan
-
Ade W. Prastyani, Universitas Gadjah Mada
Peran gender yang tidak dipertanyakan dan dibebankan kepada tenaga kesehatan perempuan memiliki pengaruh besar terhadap perjalanan karier mereka.
-
Joko Mulyanto, Universitas Jenderal Soedirman
Program layanan kesehatan preventif yang sudah dijalankan pada saat ini masih belum efektif dan kurang mendapatkan prioritas sehingga kenjangan terus terjadi.
-
Yunias Setiawati, Universitas Airlangga
Terbatasnya alat pelindung Diri (APD), ketakutan menjadi sumber penularan bagi keluarga dan orang terdekat, dan ketakutan tertular COVID-19 menjadi sumber dari kecemasan mereka.
-
Susy K. Sebayang, Universitas Airlangga; Marty Mawarpury, Universitas Syiah Kuala; Rizanna Rosemary, University of Sydney
Indonesia perlu berinvestasi pada perawatan kesehatan mental dan memastikan setiap Puskesmas memiliki sumber daya yang cukup untuk mendeteksi dan merawat pasien dengan gangguan kesehatan mental.
-
Masduki, Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta; Engelbertus Wendratama, PR2Media; Monika Pretty Aprilia, Universitas AMIKOM Yogyakarta; Rahayu, Universitas Gadjah Mada
Kita perlu mendorong pemerintah segera membuat protokol tertulis tentang perlindungan jurnalis perempuan sebagai bagian dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
|
|