Dear Sobat TCID,
Meninggalnya mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Program Studi Anestesi di Universitas Diponegoro, Semarang, seakan memancing debat tak berujung. Terlepas teka-teki penyebab meninggalnya almarhumah, isu perundungan menjadi topik bahasan paling santer terdengar. Sedihnya, pandangan di antara kelompok pekerja medis yang terbelah mengenai peristiwa ini seakan menjadi penanda betapa mendarah dagingnya tradisi ini.
Perkara kesejahteraan dan perponcloan di dunia PPDS bukanlah isu baru. Sistem yang hierarkis di rumah sakit dan lingkungan kampus hingga jejaring dokter yang cenderung feodal sudah lama jadi kasak-kusuk di belakang punggung masyarakat. Tingkat depresi dan keinginan dokter residen mengakhiri hidup pun baru-baru ini mendapat sorotan.
Pertanyaannya, sampai kapan praktik ini hendak dimaklumi dan dilanggengkan? Apakah “pekerjaan yang mulia” bisa menjadi alasan tradisi senioritas tanpa batas terus dipertahankan? Apakah hal ini membawa kualitas positif bagi kedokteran Indonesia?
Satu hal yang penting diingat, para dokter residen di Indonesia tak hanya belajar namun juga bekerja dengan beban tinggi–tanpa dibayar. Yang ada, mereka justru kerap harus membayar mahal biaya pendidikan selama bertahun-tahun proses pembelajaran mereka.
Isu kesejahteraan, beban kerja, dan tekanan mental yang dialami dokter residen tak hanya persoalan yang dihadapi Indonesia, namun juga di seluruh dunia. Bedanya, kebanyakan negara sudah mengakui bahwa dokter residen pun adalah pekerja yang patut diupah, meski rentang nilainya masih perlu diperjuangkan.
Yang terjadi di Indonesia saat ini bukanlah lagi isu pendidikan semata, namun juga praktik eksploitasi pekerja dan dehumanisasi. Betapa apesnya peserta PPDS di Indonesia yang tak hanya harus bayar mahal untuk mengabdi bertahun-tahun sambil dirundung.
Salam.
|
MDV Edwards. Shutterstock.
Ario Bimo Utomo, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur
Praktik perpeloncoan tak hanya menghilangkan rasa aman yang menjadi hak asasi pelajar di lingkungan pendidikan, namun juga menurunkan performa akademik karena perlajar dipaksa terbiasa berpikir tak kritis. Praktik ini ini pun membawa dampak negatif bagi "ketangguhan" dan "solidaritas tim", yang kerap jadi alasan klasik untuk menjustifikasi perpeloncoan.
|
Praktik perpeloncoan masih mewarnai masa orientasi mahasiswa baru di Indonesia.
MDV Edwards/Shutterstock.
Ario Bimo Utomo, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur
Ada langkah lain untuk membantu pelajar baru beradaptasi dengan lingkungan pendidikannya selain membudayakan perpeloncoan: mengganti kegiatan orientasi dengan program yang mempromosikan kolaborasi dan penghormatan, seperti yang dilakukan di Singapura dan beberapa kampus di Indonesia, serta memaksimalkan peran mentor sebaya untuk membangun relasi sehat antara senior dan junior, dengan mencontoh program sukses di Australia. Tak hanya itu, kesadaran akan dampak negatif perpeloncoan melalui edukasi kepada siswa, pendidik, orang tua, dan masyarakat luas, serta penegakan aturan yang tegas juga penting untuk mencegah praktik tersebut.
|
Mayoritas dokter bekerja di wilayah perkotaan sehingga di daerah pedesaan dan terpencil kekurangan dokter.
Fifian Irom/Shutterstock
Likke Prawidya Putri, Universitas Gadjah Mada
Kebutuhan reformasi pendidikan dokter di Indonesia diperlukan tak hanya untuk meningkatkan kinerja pelayanan medis dengan memberikan lingkungan belajar dan kerja yang aman dan nyaman. Perombakan juga diperlukan untuk menjamin ketersediaan dokter hingga ke pelosok nusantara. Indonesia, misalnya, bisa meniru langkah Thailand yang merekrut dan membiayai mahasiswa kedokteran dari pedesaan untuk kemudian menempatkan mereka di area rural dalam rotasi klinik, dan mewajibkan ikatan kontrak untuk mengabdi selama beberapa tahun di wilayah penempatan.
|
Pendidikan + Budaya
|
-
Gede Primahadi Wijaya Rajeg, University of Oxford; Bernd Nothofer, Goethe University Frankfurt am Main; Daniel Krauße, Université Paris Dauphine – PSL
Kata ‘jendela’ dalam bahasa Enggano mengungkap status kekerabatan bahasa ini dengan rumpun bahasa Austronesia. Mengapa demikian?
-
Hendri A. F. Kaharudin, Australian National University; Sue O'Connor, Australian National University
Temuan arkeologi terbaru menunjukkan bahwa manusia telah menghuni sebagian besar pulau di sisi selatan Wallacea sejak sekurang-kurangnya 40.000 tahun yang lalu.
-
Gigih Saputra, Sekolah TInggi Ilmu Administrasi dan Manajemen Kepelabuhan (STIAMAK) Barunawati Surabaya
Praktik-praktik curang guna mendapatkan jabatan guru besar menunjukkan adanya permasalahan mendasar dalam aturan dan orientasi karier dosen.
|
|
Lingkungan
|
-
Titis Apdini, Wageningen University
Program susu gratis memperparah emisi sektor peternakan, membutuhkan ratusan ribu lahan, dan juga memerlukan air sangat besar.
-
Danny Dwi Saputra, Universitas Brawijaya
Aktivitas wisata di Gunung Bromo menyebabkan pemadatan tanah dan meningkatkan risiko banjir. Manajemen lebih baik dan edukasi diperlukan untuk keseimbangan antara pariwisata dan konservasi.
-
Kelvin Tang, University of Tokyo
Pendidikan perubahan iklim di Indonesia belum menjadi prioritas baik dari segi kebijakan perubahan iklim maupun kebijakan pendidikan. Apa penyebabnya?
|
|
Politik + Masyarakat
|
-
Muammar Syarif, The Conversation
Peringatan hari kemerdekaan Indonesia ke-79 pada tahun ini berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi dan Penurunan Bendera Merah Putih akan diselenggarakan…
|
|
In English
|
-
Brurce Muhammad Mecca, Climateworks Centre; Astra Rushton-Allan, Climateworks Centre
Indonesia could show global leadership by protecting more of the country’s rapidly disappearing, carbon-rich mangroves and seagrass meadows.
-
Lay Monica, Center of Economic and Law Studies (CELIOS); Panji Kusumo, Center of Economic and Law Studies (CELIOS)
ASEAN’s tech-focused plan extends coal plant lifespans, delaying cleaner energy adoption and increasing environmental risks.
|
|