Halo para pembaca yang budiman,

Semoga Anda selalu sukses dan sejahtera.

Saya Yessar Rosendar, editor bisnis dan ekonomi The Conversation Indonesia, menyajikan fenomena yang menarik tentang bisnis dan ekonomi.

Pandemi COVID-19 telah menyebabkan banyak orang tinggal di rumah saja untuk mengurangi risiko terpapar virus. Fenomena ini menimbulkan dampak baik dan buruk, salah satunya adalah ekonomi digital yang berkembang pesat.

Perkembangan ekonomi digital, khususnya marketplace yang menjual berbagai macam barang dan jasa seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee melesat kencang. Bagaikan sebuah mobil balap yang mesinnya dipasangkan turbocharger sehingga bisa melaju dua kali lipat lebih kencang.

Contohnya saja Tokopedia yang sebelum pandemi atau pada Januari 2020, telah mempunyai lebih dari 90 juta pengguna aktif. Jumlah itu telah bertambah menjadi lebih dari 100 juta pada Desember 2020.

Hampir semua masyarakat lebih intens dalam menggunakan platform e-commerce, dari untuk membeli kebutuhan bulanan sampai ke retail therapy untuk meredakan stres karena bekerja dari rumah saja. Saya juga termasuk ke kategori yang melarikan diri dari stres dengan berbelanja online dan saat ini tidak terasa memiliki wish list yang sudah mencapai hampir 2.000 item di sebuah aplikasi e-commerce.

Untungnya saya masih bisa mengendalikan diri, berbelanja sesuai kebutuhan dan taat dalam membatasi diri ketika berbelanja untuk menyenangkan diri sendiri. Bayangkan jika seseorang tidak bisa mengendalikan dirinya dalam berbelanja online.

Salah satu artikel terbaru kami menyoroti fenomena buruk perilaku pembelian kompulsif dan kecanduan belanja online, yang tentunya bisa memberikan hantaman ke keuangan pribadi jika tidak bisa dikendalikan dengan benar.

Celakanya, fenomena ini rentan menghampiri para generasi muda yang masih rentan karena mementingkan gengsi dan mengikuti tren yang berakibat pengeluaran yang berlebihan tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjangnya.

Ini diperparah dengan masyarakat Indonesia yang memiliki literasi keuangan yang rendah dan bahkan tidak mempunyai tabungan. Bisa dibayangkan jika seseorang yang kecanduan belanja online, meminjam uang ke pinjamanan online illegal yang memiliki bunga tinggi untuk bisa membeli barang impian.

Belum lagi sekarang sedang marak fenomena Fear of Missing Out (FOMO) yang membuat orang berbuat ceroboh hanya demi mengikuti tren.

Untuk itu masa pandemi ini sebaiknya menjadi momentum untuk meningkatkan literasi keuangan, sehingga kita bisa memiliki keuangan yang lebih sehat dan terlindungi dari ketidakpastian ekonomi saat ini.

Salam.

Yessar Rosendar

Business + Economy (Indonesian edition)

Bisnis + Ekonomi