Halo, semua! Semoga selalu dalam keadaan sehat.

Selamat datang kembali ke Sepekan Lingkungan, nawala yang menyajikan highlight berita-berita seputar lingkungan mancanegara dan nasional.

 

Praktik lancung data emisi

Penelusuran laporan emisi dari 196 negara yang dilakukan media asal AS, Washington Post, menemukan banyak negara yang tak melaporkan angka riil emisi gas rumah kaca yang dihasilkan. Secara total, ada sekitar 8,5-13,3 miliar metrik ton emisi gas rumah kaca yang tidak dipublikasi. Angka tersebut setara dengan polusi dari 1,85-2,89 miliar mobil selama setahun.

Tingginya emisi tersembunyi itu diperkirakan dapat menghambat kerja sama global untuk menekan laju kenaikan suhu bumi sebesar 1,5 derajat Celcius pada 2030.

Praktik lancung tersebut dilakukan banyak negara melalui klaim penyerapan karbon dari sektor kehutanan dan lahan. Salah satu contohnya adalah Malaysia. Pada 2016, negara ini menghasilkan 422 juta metrik ton emisi. Namun, berkat hutan alam – termasuk ekosistem gambut – negeri jiran kemudian hanya melaporkan emisi sebesar 81 juta metrik ton ke Perserikatan Bangsa Bangsa. Angka itu bahkan jauh lebih rendah ketimbang laporan emisi Belgia.

Data polusi yang tak dilaporkan juga terjadi karena mayoritas (sekitar 151) negara tak mengumumkan data terbarunya. Contohnya Cina. Negara ini tak kunjung memperbarui laporan emisi lawas versi tujuh tahun silam.

 

Sesumbar iklim berulang era Jokowi

Indonesia unjuk komitmen untuk meredam perubahan iklim melalui keikutsertaannya dalam sejumlah deklarasi di COP26 yang berlangsung pekan lalu. Namun, tindakan pemerintah pasca-deklarasi justru membuat klaim tersebut kian meragukan.

Misalnya, bersama 23 negara, perwakilan perusahaan serta organisasi masyarakat sipil, Indonesia ikut serta dalam pernyataan global tentang transisi energi batu bara batu bara ke energi bersih. Nyatanya, Indonesia langsung mengecualikan poin 3 dalam deklarasi tersebut yang memuat komitmen penyetopan izin baru pembangkit listrik tenaga uap dan penghentian subsidi batu bara.

Aksi tarik ulur komitmen ini merupakan kali kedua setelah pernyataan kontroversial Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya yang ogah menyetop deforestasi dengan dalih pembangunan nasional. Cuitan Siti di twitter terbit dua hari setelah Indonesia menyepakati komitmen menghentikan laju deforestasi global pada 2030 bersama lebih dari 100 negara.

 

Perusahaan farmasi biang keladi pencemaran parasetamol laut DKI

Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyatakan salah satu sumber pencemar parasetamol di teluk Jakarta adalah perusahaan farmasi berinisial MEP. Perusahaan ini beroperasi di Jakarta Utara.

Otoritas menemukan pencemaran terjadi karena instalasi pengolahan limbah PT MEP tak berjalan efektif. Kendati pelanggaran terbukti, Pemerintah DKI hanya mengganjar sang pencemar dengan sanksi administratif berupa teguran untuk segera memperbaiki instalasi pengolahan limbah.

Wakil Gubernur DKI Ahmad Riza Patria mengklaim meski teluk Jakarta tercemar parasetamol, tak ada bukti kontaminasinya terhadap ikan.

 

138 bencana terjadi di awal November

Badan Nasional Penanggulangan Bencana merilis angka bencana hingga 10 November mencapai 138 kejadian. Bencana terbanyak terjadi di Jawa Tengah (104 kejadian), disusul Jawa Barat (28 kejadian).

Sejauh ini bencana yang mendominasi adalah banjir dan tanah longsor akibat tingginya curah hujan. Akibat ratusan bencana itu, sekitar 111 rumah rusak.

Di Kalimantan Barat, banjir yang terjadi di Kabupaten sintang bahkan berlangsung lebih dari dua pekan lalu. Sekitar 87 ribu warga tercatat telah mengungsi. 

BNPB menaksir potensi bahaya banjir dan tanah longsor di seluruh provinsi di tanah air akibat fenomena anomali cuaca La Nina. Potensi korban terdampak mencapai 114 juta jiwa atau sekitar 42 persen dari total penduduk Indonesia.

 

Oh ya teman-teman, mulai awal Januari tahun depan, The Conversation akan meleburkan seluruh konten newsletter kami ke dalam satu newsletter utama. Harapannya, kami bisa menyajikan ringkasan berita dan analisis secara lebih efisien, terpusat, namun tetap beragam.

 

Sampai jumpa pada nawala berikutnya.

 

Salam lestari!

Robby Irfany Maqoma

Editor Lingkungan

Lingkungan

In English