The Conversation

Halo pembaca,

Semoga Anda sehat dan lancar aktivitasnya.

Komponen mikro plastik telah terdeteks di air susu ibu. Begitu temuan di Roma Italia. Dari sampel ASI dari 34 ibu, KPM ditemukan pada 26 sampel ASI (76%). KPM yang ditemukan meliputi polyethylene, polyvinyl chloride, dan polypropylene dengan ukuran bervariasi dari 2-12 μm (mikrometer). Walau ditemukan komponen mikro plastik, para ibu tetap disarankan untuk menyusui bayinya. Menyusui bayi jauh lebih sehat dibanding memberikan formula.

Pandemi COVID-19 mengajarkan kepada kita bahwa meski komunitas ilmuwan telah berulang kali memprediksi akan hadirnya penyebaran virus baru, baik penyakit hewan yang dapat ditularkan ke manusia (zoonosis) maupun di luar itu, pemerintah belum mampu mengantisipasinya.

Padahal, Indonesia, menurut satu penelitian yang dimuat Nature pada 2017, merupakan salah satu potensi hotspot penyebaran penyakit menular yang berasal dari sebagian besar satwa liar dan melibatkan interaksi antara populasi satwa liar tersebut, hewan ternak, dan manusia.

Salah satu pendekatan untuk memahami masalah tersebut adalah One Health. Ini sebuah konsep yang menjelaskan keterikatan kesehatan holistik antara manusia-hewan-lingkungan yang bertujuan untuk mengendalikan dan memerangi penyakit, menjamin ketahanan pangan, dan menjaga kualitas lingkungan.

Selamat berakhir pekan. Semoga Anda selalu sehat.

Ahmad Nurhasim

Editor Kesehatan + Sains

Manfaat menyusui bayi jauh lebih besar untuk ibu dan bayi dibanding risiko kesehatan. Pexels/ Alina Matveycheva

Satu riset temukan komponen plastik mikro dalam ASI: haruskah kita berhenti susui bayi?

Andini Pramono, Australian National University

Meski satu penelitian telah menemukan KPM dalam ASI, namun ibu disarankan masih terus menyusui. Manfaat kesehatan yang didapatkan dari menyusui lebih besar dibandingkan dari risiko kesehatan.

Kesehatan