Halo pembaca,

Kebijakan pemerintah DKI Jakarta yang memberlakukan kembali Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB), dengan sejumlah pengecualian termasuk mal tetap buka dengan kapasitas separuhnya, akan sulit menurunkan laju penularan hingga rumah sakit tidak kewalahan.

Penyebab utamaya, menurut epidemiolog, kebijakan tersebut sebenarnya tetap longgar sehingga penularan virus akan tetap terjadi di antara orang-orang berkerumun di ruang publik dan pusat keramaian. PSBB di Jakarta kali ini dan juga sebelumnya tidak sama dengan lockdown yang diterapkan Cina dan sejumlah negara dalam menghadapi pandemi Covid-19. Dengan demikian, target PSBB untuk mengurangi beban rumah sakit dan kematian juga kemungkinan sulit tercapai.

Sementara itu, pertambahan kluster keluarga dalam penularan COVID-19 makin mengkhawatirkan. Orang-orang yang membawa virus tanpa gejala bisa menyebarkan virus di lingkungan keluarga. Kluster jenis ini bisa berkontribusi antara 50-85% terhadap peningkatan kasus COVID-19 di suatu negara.

Karena itu, pemerintah harus meningkatkan pelacakan orang yang berinteraksi dengan pasien positif COVID-19, pengetesan di masyarakat, dan pengisolasikan yang positif COVID-19 untuk menekan penyebaran virus di masyarakat. Sedangkan masyarakat juga harus makin disiplin memakain masker 100%  dan menjaga jarak fisik saat di luar rumah, serta mencuci tangan dengan sabun.

 

Ahmad Nurhasim

Editor Sains + Kesehatan, Kepala Divisi Training

Pembeli menunggu makanan pesanannya di mall Senayan City, Jakarta, 14 September 2020. Mal masih boleh beroperasi dengan kapasitas separuhnya selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/hp.

PSBB DKI Jakarta bisa berhasil turunkan laju penularan COVID-19 jika syaratnya dipenuhi

Ahmad Nurhasim, The Conversation

Apakah pembatasan kali ini akan benar-benar mampu mencegah "lumpuhnya" rumah sakit?

Kesehatan

COVID-19

In English