Halo! Semoga dalam keadaan sehat-sehat saja.

Selamat datang kembali di Sepekan Lingkungan, highlight berita-berita lingkungan hidup di Indonesia dan mancanegara.

Kematian wakil bupati Sangihe dan tambang emas

Kabar meninggalnya Helmud Hontong, wakil bupati Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Rabu lalu, mendapatkan sorotan.

Pasalnya, banyak pihak, termasuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), mencurigai kejanggalan kronologis kematian Helmud secara mendadak di atas udara.

Tidak sedikit yang mengaitkan kematian almarhum karena sosoknya yang aktif menolak pembukaan tambang emas oleh PT Tambang Mas Sangihe.

Sebelum meninggal, Helmud telah melayangkan surat kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) untuk membatalkan izin usaha pertambangan milik perusahaan tersebut karena mengkhawatirkan dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan, terutama sebagai kawasan pulau kecil dan pesisir.

Hasil otopsi sementara yang dilakukan di rumah sakit di Sangihe mengungkapkan bahwa penyebab kematian adalah komplikasi penyakit.

Botol plastik bekas menjadi perasa vanila buatan (vanilin)

Para peneliti menemukan cara terbaru untuk mengurangi timbulan botol-botol plastik, yaitu mengubahnya menjadi vanilin, perasa vanila yang biasa digunakan dalam makanan dan industri.

Vanilin merupakan bahan kimia sangat penting dalam industri farmasi, produk kebersihan dan herbisida.

Peneliti utama dari riset ini, Joanna Sadler, dari Universitas Edinburgh, Inggris, mengatakan bahwa ini merupakan kali pertama dalam penggunaan sistem biologi untuk upcycle (mendaurulang dengan menambahkan manfaat ekonomi) sampah plastik menjadi bahan industri massal.

Mereka berhasil mengembangkan mutasi enzim yang bisa meluruhkan polyethylene terephthalate polymer (polimer plastik yang biasa terdapat di botol plastik) menjadi terephthalic acid (TA) yang kemudian diubah menjadi vanilin.

Oceans 21 : Peran masyarakat adat dalam kelautan dan bahaya pertambangan dasar laut

Peneliti Australia dan Selandia Baru, Meg Parsons dan Lara Taylor, menyediakan tata kelola alternatif yang bisa meningkatkan kesetaraan dan keadilan bagi masyarakat adat, ketimbang dari model kebarat-baratan yang kita kenal saat ini.

Mereka mencontohkan beberapa negara mengintegrasikan model-model tata kelola adat ke dalam upaya perlindungan laut, seperti yang terjadi di Fiji dengan sistem qoliqoli, Vanuatu dengan tapu, hingga Maori dengan kaitiakitanga.

Lebih lanjut, mereka menyimpulkan bahwa perlu ada upaya untuk mengakui dan memberdayakan pengetahuan tradisional, terutama dalam tata kelola laut, baik dalam undang-undang hingga kelembagaan.

Masih di perairan Pasifik, kawasan yang mengandalkan pendapatan dari turisme ini mulai berallih kepada penambangan dasar laut.

Hal ini mulai terlihat dari Zona Clarion-Clipperton, yang membentang antara Hawaii dan Meksiko, semakin diminati karena potensi tambang, terutama nikel, tembaga, kobal, dan mangan.

Hingga kini, Otoritas Dasar Laut Internasional (ISA) telah menyetujui 17 kontrak ekplorasi yang berada di zona tersebut, contohnya di Tonga, Nauru, dan Kiribati.

Pemberian izin membuat para aktivis dan peneliti kelautan mendesak adanya moratorium mengingat dampak negatif dari aktivitas pertambangan bagi sumber daya laut di perairan tersebut.

Mereka juga menambahkan meskipun sudah ada aturan perlindungan, akan susah menentukan tanggung jawab karena batasan yang tidak jelas di dasar laut.

Sekian dulu nawala pada minggu ini, sampai jumpa pada edisi selanjutnya! Tetap jalankan protokol kesehatan, memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak!

Salam!

Fidelis Eka Satriastanti

Editor Lingkungan Hidup

Lingkungan

In English