The Conversation

Halo, pembaca! Semoga selalu dalam keadaan sehat.

Kembali lagi dalam Nawala TCID. Hari ini, saya Robby Irfany Maqoma – Editor Lingkungan The Conversation Indonesia, akan berbagi sorotan kabar serta analisis teranyar seputar isu lingkungan di Indonesia dan mancanegara.

Sebelumnya, bantu kami kenali karakter pembaca The Conversation di Indonesia

Pembaca, The Conversation sudah terbit dengan berbagai edisi di sejumlah negara. Kami bermitra dengan para akademikus dan lembaga penelitian untuk memperluas hasil penelitian dan analisis kredibel seputar isu-isu terkini.

Kami meminta waktunya untuk mengisi survei pembaca The Conversation Indonesia. Dengan mengetahui demografi pembaca terkini, kami harap bisa lebih meningkatkan kualitas artikel-artikel yang ada di The Conversation Indonesia sehingga dapat dikonsumsi serta berdampak bagi kalangan yang lebih luas lagi.

Survei dapat diisi (maupun disebarluaskan) di tautan ini.

Terima kasih!

Mengapa aktivis lingkungan makin ‘bengal’?

Sejak pertengahan Oktober, warga dunia dikagetkan oleh aksi para aktivis lingkungan – mayoritas di antaranya merupakan anak muda – yang merusak karya seni para maestro dunia. Sebut saja aktivis komunitas pegiat lingkungan, Letzte Generation, yang melemparkan kentang tumbuk ke lukisan “Les Meules” karya maestro lukis Claude Monet di Museum Barberini di Jerman.

Ada juga anak muda dari komunitas Just Stop Oil yang melemparkan sup tomat ke lukisan Van Gogh yang dipajang di National Gallery, London.

Keduanya memiliki misi senada: mengabarkan pada dunia untuk meningkatkan aksi lingkungan lantaran kondisi bumi yang dianggap sangat darurat.

Apa yang membuat mereka melakukan aksi-aksi tersebut? Apakah ulah mereka bisa efektif meningkatkan kesadaran publik dan pemerintah tentang pentingnya penanganan krisis lingkungan? Simak analisis pakar selengkapnya di tautan ini.

Hutan kerangas: miskin hara tapi kaya sumber obat

Uraian terbaru yang terbit di The Conversation menjelaskan pentingnya ekosistem hutan kerangas sebagai sumber obat-obatan masyarakat Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung.

Hutan kerangas merupakan ekosistem hutan yang unik, karena tumbuh di lingkungan yang ekstrem berupa tanah asam. Kondisi ini terjadi karena tanah di hutan kerangas tersusun dari tanah podsol dan tanah pasir kuarsa, dengan karakteristik miskin hara dan pH yang rendah.

Hutan ini menyediakan berbagai macam tanaman obat dengan segudang manfaat: mulai dari membantu pemulihan pasca-melahirkan, obat maag, hingga luka bakar.

Relasi warga Belitung Timur dengan hutan kerangas pun sangat akrab. Hal ini bahkan tercatat dalam lagu tradisional mereka, yang diwariskan secara turun temurun.

Bagaimana warga Twitter merespon isu konservasi gajah?

Sekelompok peneliti menelaah pandangan warga Twitter sejak 2019 seputar isu perlindungan gajah. Pandangan warganet penting karena media sosial bisa menyokong perhatian publik terhadap spesies yang dilindungi ini.

Hasilnya, perhatian warga terhadap isu perlindungan gajah sampai sejak 2019 sampai sekarang masih salah sasaran. Kebanyakan percakapan masih ramai memperbincangkan seputar perburuan. Ancaman utama penurunan populasi gajah seperti konflik dengan manusia dan kehilangan habitat, masih sangat jarang dibicarakan.

Dalam isu konflik gajah, warga Twitter juga sangat sedikit menyinggung persoalan dampaknya terhadap masyarakat sekitar. Padahal, warga yang tinggal berdampingan dengan gajah menjadi pihak yang sangat merugi atas konflik tersebut.

Simak ulasan konservasi gajah selengkapnya di tautan ini.

-

Nantikan hasil kurasi isu-isu lainnya oleh editor The Conversation Indonesia yang dikirim langsung ke surelmu setiap hari.

Salam lestari!

Robby Irfany Maqoma

Editor Lingkungan

Lingkungan