Selamat malam!
Rangkaian penyelenggaraan Pemilu 2024 telah berlangsung sejak pertengahan tahun 2022, dan sesaat lagi tahap pencalonan kandidat serta masa kampanye akan dimulai.
Peran akademisi sebagai pakar di bidangnya sangat krusial untuk melawan penyebaran disinformasi yang berpotensi terjadi pada tahap-tahap ini. Begitu juga dengan media yang menjadi kanal informasi bagi masyarakat.
Lalu di mana keduanya bisa berkolaborasi? Ini akan menjadi salah satu pertanyaan utama dalam diskusi The Conversation Indonesia (TCID) bersama sejumlah jurnalis dan dosen/peneliti. Jangan lewatkan:
Menuju 2024: Urgensi Kolaborasi Media dan Akademisi Melawan Disinformasi
Selasa, 27 Juni 2023
09.00-11.00 WIB/GMT+7
Zoom The Conversation Indonesia
Pembicara:
-
Ika Karlina Idris
Associate Professor, Monash University Indonesia
-
Zainuddin Muda Z. Monggilo
Dosen Ilmu Komunikasi, Universitas Gadjah Mada
-
Ika Krismantari
Chief Editor/Content Director, The Conversation Indonesia
-
Adi Marsiela
Ketua Bidang Internet Aliansi Jurnalis Independen & Koordinator Cek Fakta
Tautan registrasi: bit.ly/menuju-2024. Sampai jumpa!
Salam hangat,
|
Artikel terkait
|
-
Nuurrianti Jalli, Northern State University
Kami butuh pengawasan lebih untuk TikTok ketika Indonesia bersiap untuk pemilihan umum dan pemilihan presiden tahun depan.
-
Treviliana Eka Putri, Universitas Gadjah Mada ; Dewa Ayu Diah Angendari, Universitas Gadjah Mada
Kolaborasi antara pemerintah , komunitas dan platform media sosial sangatlah penting dalam menentukan kesuksesan gerakan literasi digital nasional
-
Whisnu Triwibowo, Universitas Indonesia
Politikus dan partai politik di Indonesia harus bisa menahan diri untuk tidak mengerahkan pasukan siber untuk memenangkan perebutan kekuasaan dalam pemilu dan membelah opini publik terkait kebijakanu .
-
Mohammad Rinaldi Camil, Centre for Innovation Policy and Governance
Riset kami menghasilkan beberapa temuan mengenai bagaimana cara kerja mereka dalam mengamplifikasi pesan.
-
Ika Karlina Idris, Paramadina University
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi seseorang membuat mereka rentan untuk menyebarkan hoaks
-
Nuurrianti Jalli, Northern State University
Jumlah pengecek fakta di Asia Tenggara terbatas; pengecekan fakta menjadi tantangan yang sulit untuk ditangani,
-
Kunto Adi Wibowo, Universitas Padjadjaran; Detta Rahmawan, Universitas Padjadjaran; Eni Maryani, Universitas Padjadjaran
Temuan di Jawa Barat tidak menunjukkan adanya hubungan antara umur, tingkat pendidikan, dan kemampuan ekonomi terhadap kecenderungan menyebarkan hoaks.
|
|