Halo pembaca,

Semoga Anda sehat dan lancar aktivitasnya.

Target pemerintah Indonesia untuk menurunkan kasus COVID-19 menjadi 10 ribu kasus per hari belum tercapai setelah tiga minggu diberlakukan kebijakan pembatasan ketat di seluruh negeri.

Dalam tiga pekan terakhir, jumlah kasus pasitif COVID-19 masih tinggi dan fluktuatif, masih pada kisaran angka 30 ribu hingga 56 ribu kasus per hari. Angka ini menandakan bahwa dari parameter kasus harian, belum ada penurunan yang signifikan. Pemerintah mengklaim telah terjadi penurunan rasio keterisian tempat tidur di rumah sakit dan positivity rate di beberapa provinsi di Pulau Jawa.

Untuk menekan angka itu, pemerintah memperpanjang pembatasan ketat di Pulau Jawa dan Bali hingga 2 Agustus, dengan sedikit pelonggaran untuk sektor ekonomi kelas bawah. Perpanjangan tapi longgar ini dikritik oleh ahli kesehatan karena berpotensi meningkat kasus, apalagi kebijakan sebelumnya masih “setengah hati”.

Kita berharap perpanjangan pembatasan ini juga digunakan oleh pemerintah untuk meningkatkan pelacakan dan pengetesan sehingga mereka yang positif bisa segera diisolasi dan diobati. Kita juga berharap masyarakat meningkatkan implementasi protokol kesehatan dan lebih banyak beraktivitas di rumah agar penyebaran tidak semakin meluas.

Sejumlah ahli kesehatan menyatakan, selain faktor pergerakan manusia dan kebijakan cenderung longgar beberapa bulan lalu, lonjakan kasus ini juga dipicu oleh varian Delta yang penyebarannya lebih cepat dibanding varian virus tahap awal. Walau menular cepat, virus ini tetap bisa dicegah. Pada level individual, cara pencegahannya tetap sama yakni pakailah masker, cucilah tangan pakai sabun, hindari kerumunan, jaga jarak antarorang dan tingkatkan imunitas tubuh. Jika ada tanda-tanda COVID-19, segeralah tes dan periksa ke dokter agar segera mendapat perawatan. 

Ahmad Nurhasim

Editor Sains + Kesehatan, Kepala Divisi Training

Polisi memeriksa penjualan obat untuk pasien COVID-19 di apotek di Blitar, Jawa Timur, 7 Juli 2021. ANTARA FOTO/Irfan Anshori/wsj.

Obat untuk COVID-19 makin langka dan mahal, ini dampaknya bagi pasien

Trevino Pakasi, Universitas Indonesia

Sejak akhir Juni klinik kami mulai kesulitan meresepkan obat-obatan tersebut karena obat tidak ada. Pasien-pasien mengirim pesan melalui WhatsApp atau menelepon minta supaya saya membantu mencarikan.

Kesehatan

In English