Halo! Selamat datang kembali di “Sepekan Lingkungan”, nawala mingguan menampilkan berita terkini seputar lingkungan hidup dari Indonesia dan mancanegara.

Kita mulai dengan riset terbaru dari National Center for Atmospheric Research (NCAR), sebuah lembaga penelitian yang fokus terhadap data-data terkait atmosfer dan sistem Bumi berbasis di Amerika Serikat (AS).

Studi NCAR menemukan lockdown dan penurunan aktivitias sosial manusia akibat pandemi tahun lalu, ternyata berpengaruh terhadap kadar polutan di atmosfer, yaitu aerosol.

Akibatnya, Bumi sempat menghangat beberapa bulan.

“Ada penurunan emisi yang cukup besar dari industri yang mengeluarkan polusi, dan itu berdampak terhadap temperatur,” jelas pemimpin studi ini, Andrew Gettelman. Ia menambahkan bahwa “polusi mendinginkan planet, sehingga penurunan polusi bisa menghangatkan planet.”

Dalam paper terbaru berjudul “Soundscape of the Anthropocene Ocean” yang baru saja terbit di jurnal Science, menyebutkan bahwa polusi suara bisa merusak lingkungan lautan, sama dengan polusi lainnya.

Polusi suara ini berasal dari kapal-kapal yang hilir mudik di lautan, infrastruktur bawah laut, perikanan dengan bom, tambang dasar laut, hingga turbin dari PLTA di pesisir. Kebisingan membuat satwa laut susah untuk mencari makan, berkomunikasi, bahkan kawin.

Namun, berbeda dengan polusi plastik, para peneliti mengatakan polusi udara ini bisa diatasi, misalnya dengan membangun kapal dan turbin PLTA yang tidak bising, hingga ke peraturan yang memasukkan upaya mitigasi akustik bagi lautan.

Dari The Conversation Indonesia, simak analisis dari Stanislaus Risadi Apresian, dosen Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan, tentang “3 Kerugian Indonesia Bila Tidak Menurunkan Emisi”, wawancara dengan Intan Suci Nurhati, ahli kelautan LIPI dan anggota IPCC (Panel Ilmuwan Iklim di bawah PBB) tentang “Menyingkap sejarah alam dari karang”, dan wawancara dengan Mahawan Karuniasa, ahli perubahan iklim dari Universitas Indonesia, sekaligus anggota delegasi Indonesia untuk UNFCCC (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Isu Perubahan Iklim), terkait pengaruh masuknya AS kembali ke Perjanjian Paris bagi Indonesia.

Untuk Oceans 21, peneliti dari Instituto de Ciencias del Mar (ICM-CSIC), Dolors Vaqué, menjelaskan tentang virus-virus yang ada di laut.

Survey nawala masih terbuka, silahkan klik di link ini. Survey ini akan membantu saya mengembangkan nawala ini dengan lebih baik lagi.

Sekian dulu untuk Sepekan Lingkungan minggu ini. Sampai jumpa pada edisi berikutnya!

Salam!

Fidelis Eka Satriastanti

Editor Lingkungan Hidup

Lingkungan