|
|
Halo pembaca,
Semoga Anda sehat dan lancar aktivitas.
Lengkap pemerintah Indonesia menghapus parameter kematian dalam konteks evaluasi kebijakan pengendalian COVID-19 menuai kritik keras dari para ahli kesehatan dan lembaga swadaya masyarakat. Langkah tersebut dianggap tidak ilmiah itu “menipu diri sendiri” karena seolah-olah kebijakan yang diambil berdasarkan data yang kredibel. Dalam dua bulan terakir, indikator kebijakan PPKM yang digunakan
pemerintah adalah tingkat okupansi tempat tidur di rumah sakit, jumlah kasus positif, jumlah tes, rasio pelacakan, serta kondisi sosial-ekonomi masyarakat. Angka kematian juga masuk pada indikator itu, tapi kini pemerintah tidak akan menggunakan parameter kematian untuk menilai kebijakan pengendalian COVID, setidaknya dalam dua pekan ke depan.
Pemerintah beralibi bahwa data kematian yang diterima pemerintah selama ini tidak akurat karena data itu merupakan akumulasi data beberapa minggu terakhir. Bukannya membenahi akar masalanya, yakni sistem pendataan yang tidak terintegrasi, minim transparansi dan tak ada standarisasi nasional, pemerintah memilih menghapus data kematian sebagai parameter pengambil keputusan. Jika langkah ini diteruskan, bukan tidak mungkin kebijakan justru mengambil keputusan dari data yang keliru. Dampaknya, berakibat fatal bagi masyarakat.
Kita tahu bahwa karena kasus COVID-19 begitu tinggi di Indonesia, tapi pengetesan PCR sangat rendah dan hasilnya baru diketahui beberapa hari, menyebabkan data-data penyakit COVID, termasuk kematian karena COVID-19 seringkali terlambat masuk dalam database nasional. Krisis kesehatan ini sebenarnya bisa menjadi semacam evaluasi sistem kesehatan kita dan saatnya memberbaiki sehingga lebih baik.
Karena itu, saatnya pemerintah segera membenahi tata kelola data COVID-19 agar lebih terintegrasi, terstandarisasi, transparan dan akuntabel. Data yang kredibel dan akurat sangat penting untuk mengambil keputusan yang tepat.
|
Ahmad Nurhasim
Editor Sains + Kesehatan, Kepala Divisi Training
|
|
|
Antara/Fauzan/hp
Hans Pols, University of Sydney
Dedikasi dokter dan tenaga kesehatan lainnya saat ini untuk melawan COVID-19 dan melindungi kesehatan bangsa serupa dengan komitmen dokter dan mahasiswa kedokteran Indonesia di zaman kolonial.
|
Kesehatan
|
-
Sofa D. Alfian, Universitas Padjadjaran
Dalam riset ini terungkap juga bahwa responden yang kurang sadar bahaya buang obat sembarangan cenderung membuang obat yang tidak terpakai ke tempat sampah atau membaginya dengan teman atau kerabat.
-
Ahmad Nurhasim, The Conversation
Bersama dengan Gunadi, peneliti genetika di Universitas Gadjah Mada, kami membongkar berbagai pertanyaan dan mitos tentang COVID-19 yang sudah terlebih dulu kami himpun melalui Instagram dan Twitter.
-
Lhuri D. Rahmartani, University of Oxford
Secara umum, ibu, ayah dan keluarga besar perlu memahami bahwa bayi baru lahir tidak memerlukan makanan apa pun selain ASI.
-
Sherah Kurnia, The University of Melbourne; Anis Fuad, Universitas Gadjah Mada ; Dr Rod Dilnutt, The University of Melbourne; Guardian Yoki Sanjaya; Helen Brown, Australia-Indonesia Centre; Safirotu Khoir, Universitas Gadjah Mada
Penelitian terakhir kami menemukan bahwa kerumitan sistem data COVID-19 di Indonesia telah menjadi masalah.
-
Yunias Setiawati, Universitas Airlangga
Terbatasnya alat pelindung Diri (APD), ketakutan menjadi sumber penularan bagi keluarga dan orang terdekat, dan ketakutan tertular COVID-19 menjadi sumber dari kecemasan mereka.
-
Jane Thornton, Western University; Margie Davenport, University of Alberta
Sekarang kehamilan tidak lagi menandai akhir karir seorang atlet, banyak atlet elit tidak hanya kembali ke olahraga, tapi terus memecahkan rekor pribadi dan dunia sebagai ibu baru.
-
Ranjith Ramasamy, University of Miami
Sebuah riset terhadap 45 laki-laki menunjukkan bahwa vaksin mRNA Pfizer dan Moderna tampaknya aman untuk sistem reproduksi laki-laki.
|
|
In English
|
-
Hans Pols, University of Sydney
Physicians and other health professionals’ dedication to fighting COVID-19 reflects the commitments of Indonesian physicians and medical students in colonial times.
-
Clara Siagian, PUSKAPA; Marsha Habib, PUSKAPA; Santi Kusumaningrum, PUSKAPA
Researchers can refer to the “Handbook for Children’s Participation in Research in Indonesia” to design appropriate and ethical methods of child participatory research.
-
Vannessa Hearman, Curtin University
How does a writer, former political detainee and health practitioner confront the prospect of the collapse of his country’s health system?
-
Sherah Kurnia, The University of Melbourne; Anis Fuad, Universitas Gadjah Mada ; Dr Rod Dilnutt, The University of Melbourne; Guardian Yoki Sanjaya; Safirotu Khoir, Universitas Gadjah Mada
Our latest study finds that the complexities of Indonesia’s COVID-19 data management have contributed to this problem.
-
Clara Siagian, PUSKAPA; Marsha Habib, PUSKAPA; Santi Kusumaningrum, PUSKAPA
Children’s meaningful participation is important because their needs and potential will be fulfilled when adults understand their position and listen to their voices and experiences.
-
Eugene Sebastian, Monash University; Helen Fletcher-Kennedy, Monash University; Kevin Evans, Monash University
The Indonesian government should consider opening its plan to the world by turning Bali into a “Zoom island”.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|