Halo! Selamat datang kembali ke nawala mingguan, Sepekan Lingkungan, yang khusus menampilkan indeks berita-berita lingkungan hidup dari Indonesia dan dunia.

Sebagai pembuka, ada kabar baik dari dunia fauna Indonesia, peneliti LIPI baru saja menemukan katak jenis baru yang diberi nama Micryletta sumatrana dari selatan Pulau Sumatra.

Saat ini, katak mini tersebut hanya ditemukan di kawasan Hutan Harapan Jambi dan Sumatra Selatan, serta Suaka Margasatwa Gumai Pesamah, Sumatra Selatan.

Dari kelautan, selama pandemi COVID-19, tim peneliti LIPI menemukan banyak sampah APD, seperti masker dan pelindung wajah, di Cilincing dan Marunda. Ini berbeda dengan sebelum terjadinya pandemi di mana dominan sampah yang masuk ke Teluk Jakarta adalah plastik.

Forum Musyawarah Masyarakat Adat (FoMMA) Taman Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan Timur, menerima penghargaan Equator Prize 2020, dari United Nations Development Programme (UNDP).

Penghargaan ini diumumkan di New York, Amerika, bertepatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, 5 Juni 2020. FoMMA Taman Nasional Kayang Mentarang berhasil menyisihkan ratusan kandidat lainnya untuk berhak mendapatkan dana sebesar US$10000 (Rp 140 juta). Forum yang terdiri dari 11 kelompok masyarakat adat bisa bekerja sama dan berkolaborasi untuk menjaga hutan di bawah kerangka hak-hak masyarakat adat.

Sementara, dari dunia internasional, para peneliti memperingatkan bahwa kampanye menanam pohon memang bagus untuk menghadapi dampak dari krisis iklim, namun niatan ini bisa tidak efektif dan malah merugikan.

Ini terjadi karena beberapa kebijakan yang mendukung reforestasi justru digunakan untuk menanam pohon yang lebih menguntungkan, dan akibatnya menyingkirkan pohon-pohon asli.

Peneliti dari Universitas Standford berargumen hal ini justru bukannya menahan, malah melepaskan karbon dioksida ke udara. Lebih lanjut, mereka menekankan bahwa semata-mata menanam pohon tidak akan menyelesaikan masalah krisis iklim.

Demikian nawala untuk minggu ini. Sampai jumpa kembali minggu depan. Jangan lupa berlangganan!

Salam,

Fidelis Eka Satriastanti

Editor Lingkungan Hidup

Lingkungan Hidup

Sains + Teknologi