Halo pembaca,

Semoga Anda sehat dan lancar aktivitasnya.

Langkah sejumlah pemerintah daerah membuka kembali sekolah untuk pembelajaran tatap muka telah menerbitkan kekhawatirkan bahwa anak-anak di sekolah dan para guru berisiko tertular atau menularkan virus corona. Sekitar 60 juta anak sekolah terkena dampak pandemi dan kini baru sekitar 40% sekolah yang melaksanakan pembelajaran tatap muka.

Di DKI Jakarta misalnya, setelah sekitar bulan pembelajaran tatap muka dilakukan, Kementerian Pendidikan melansir ada 25 kluster COVID yang berasal dari kegiatan di sekolah. Walau pemerintah DKI Jakarta masih menyelidiki kasus ini, temuan sementara ini menunjukkan bahwa risiko tertular COVID dalam pertemuan-pertemuan seperti masih tinggi. Apalagi mayoritas anak sekolah di bawah 17 tahun belum divaksin. Kasus serupa juga muncul di Jawa Tengah.

Walau kluster COVID di sekolah bermunculan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan kementeriannya tidak akan menghentikan pembelajaran tatap muka. Menurut dia, sekolah yang ditutup adalah sekolah yang menjadi lokasi temuan kluster COVID-19. Alasan pemerintah membuka kembali pembelajaran tatap muka setelah satu setengah tahun pembelajaran online adalah mencegah angka putus sekolah dan menurunkan kualitas pembelajaran, dan mencegah risiko terjadinya masalah kesehatan mental di kalangan siswa, guru, dan keluarga.

Kebijakan pembukaan sekolah pada saat pandemi COVID-19 di Indonesia belum terkendali memicu kontroversi baik di kalangan ahli kesehatan maupun pendidikan. Sebelum aturan ini laksanakan, asosiasi guru telah mendesak pemerintah untuk meningkatkan vaksinasi hingga 70 persen untuk siswa, guru dan staf sekolah agar risiko penularannya kecil. Sampai sejauh ini vaksinasi kelompok usia 17-12 tahun baru mencapai sekitar 13% untuk dosis pertama dan 9% dosis kedua.

Buka-tutup-buka sekolah merupakah langkah juga terjadi di banyak negara. Di Singapura, dengan jumlah siswa yang jauh lebih sedikitnya dan sistem pendidikan lebih maju, baru-baru ini kembali menutup sekolah dasar setelah ditemukan kasus COVID-19 hampir 1.000 kasus sehari. Langkah serupa dilakukan Korea Selatan tahun lalu dan tahun ini.

Jalan aman dan yang tersedia antara masalah kesehatan dan pendidikan pada saat ini di Indonesia sangat terbatas karena secara nasional pengendalian COVID-19 masih jauh dari selesai. Pilihan-pilihan kebijakan selalu memiliki risiko baik negatif maupun positif. Kebijakan yang baik adalah kebijakan yang mampu meminimalkan risiko, dalam konteks ini baik dari sisi kesehatan maupun pendidikan. Karena itu, pemerintah harus rutin mengevaluasi kebijakan pembukaan sekolah terkait dengan penyebaran COVID-19 di sekolah. Rujukannya harus berbasis data dan riset yang kuat.

Pemberlakuan protokol kesehatan seperti pakai masker, cuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak di level siswa dan guru yang sangat ketat merupakan salah satu langkah upaya untuk mencegah di level komunitas.

Ahmad Nurhasim

Editor Sains + Kesehatan, Kepala Divisi Training

Kampanye pelajar di Jakarta untuk menolak menjadi target pemasaran industri rokok. Lentera Anak

Konsumsi rokok meningkat di tengah COVID akibat regulasi pengendalian tembakau yang lemah

Masduki, Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta

Dari sudut pengetahuan dan kebijakan, Indeks 2020 mengkonfirmasi adanya pembentukan opini dan sekaligus manipulasi informasi di seputar konsumsi rokok sebagai suatu kegiatan yang normal.

Kesehatan

In English