Halo para pembaca yang budiman,

Semoga Anda selalu sukses dan sejahtera.

Saya Yessar Rosendar, editor bisnis dan ekonomi The Conversation Indonesia, menyajikan fenomena yang menarik tentang bisnis dan ekonomi.

Ibarat sedang balapan, pemerintah Indonesia sedang menginjak pedal gas dalam-dalam untuk mendukung mobil listrik dan industrinya. Baru-baru ini presiden Joko “Jokowi” Widodo meresmikan peletakan batu pertama bagi pabrik baterai mobil listrik untuk usaha patungan antara Hyundai dan LG. Pabrik yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat ini adalah salah satu investasi terbesar untuk mobil listrik di Indonesia, dengan investasi Rp 15,9 triliun.

Jokowi pun memberi dukungan dan promosi bagi mobil listrik dari Hyundai, dengan menjadikan sedan Genesis G80 EV sebagai mobil resmi bagi konferensi tingkat tinggi G20 di Bali tahun depan.

Selain itu, pemerintah juga mendorong pengembangan pasar mobil listrik dengan mengubah Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk mobil baru menjadi berdasarkan emisi dan efisiensi bahan bakar, dan bukan berdasarkan besarnya kapasitas mesin.

Salah satu artikel terbaru kami juga menyoroti soal topik mobil listrik dan membahas bagaimana Indonesia bisa menjadi pemain utama dalam industri baterai mobil listrik secara global.

Ini dikarenakan potensi yang dimiliki Indonesia sangat besar karena memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Nikel sendiri dibutuhkan sebagai salah satu bahan untuk pembuatan baterai mobil listrik.

Dengan potensi ini, berarti Indonesia bisa mengembangkan industri mobil listrik dari hulu ke hilir atau dari pengolahan bahan mentah sampai menjadi sebuah mobil.

Pengembangan industri membutuhkan dana triliunan rupiah dan bekerja sama atau membentuk usaha patungan dengan investor luar negeri yang memiliki dana dan keahlian seperti Hyundai dan LG merupakan hal yang tepat.

Namun dalam prosesnya, pemerintah tidak boleh gas pol namun kebablasan dalam mengatur perkembangan industri mobil listrik. Investasi yang ada sekarang harus bisa memberikan alih teknologi dan mengembangkan sumber daya manusia Indonesia. Di masa depan, pemain lokal ini harus bisa menjadi bagian dari rantai pasok global agar bisa berkembang pesat.

Pemerintah harus memastikan bahwa pemain lokal bisa mendapatkan alih teknologi dan di masa depan bisa menciptakan baterai dan mobil listrik sendiri, sehingga tidak hanya merek luar yang menikmati manisnya kue mobil listrik dalam beberapa tahun ke depan.

Tidak lupa pemerintah juga harus memastikan penambangan memperhatikan hak masyarakat adat dan komunitas lokal serta dampak lingkungannya.

Pemerintah telah abai dalam era industri otomotif terdahulu, dengan membiarkan pemain seperti Toyota dan Honda menguasai pasar otomotif tanpa ada satu pun pemain atau merek lokal yang berkembang.

Ini adalah saat yang tepat untuk pemain lokal agar menjadi bagian dari transformasi industri otomotif di Indonesia.

Dengan mobil listrik, sekarang permainan telah diset ulang dan merek lama pun berjuang untuk membuat mobil listrik agar bersaing dengan merek baru seperti Tesla yang terbukti bisa sukses. Cina pun cukup sukses dengan berbagai merek mobil listriknya seperti BYD dan Nio.

Tidak ada kata terlambat, pembalap yang melintir di belokan pertama dan tertinggal pun masih bisa memenangkan balapan, begitu juga dengan Indonesia.

Salam.

Yessar Rosendar

Business + Economy (Indonesian edition)

Bisnis + Ekonomi