Halo para pembaca yang budiman,

Semoga Anda selalu sukses dan sejahtera.

Saya, Yessar Rosendar, editor bisnis dan ekonomi The Conversation Indonesia, menyarikan sejumlah berita tentang bisnis dan ekonomi yang penting beberapa hari terakhir ini.

Ada yang tidak biasa dalam sebuah peluncuran klub bola baru-baru ini. Di dalam sebuah gudang besar telah tertata layar LED besar dan sebuah panggung untuk seremonial, kemudian sebuah super car Lamborghini Huracán Spyder berwarna merah masuk dan kemudian berputar-putar melakukan atraksi donut sampai bannya mengeluarkan asap putih pekat.

Setelah itu mobil pun mendekati panggung dan turunlah Raffi Ahmad, artis yang mempunyai pengikut 51 juta akun di Instagram dan rekan bisnisnya, Rudy Salim yang juga memiliki pengikut 390 ribu di Instagram.

Keduanya beserta Dony Oskaria yang juga Wakil Direktur Utama Garuda Indonesia, meresmikan pembelian klub sepak bola pertama mereka, Cilegon United yang setelah akusisi berubah nama menjadi Rans Cilegon FC.

Sebuah seremonial yang dramatis untuk sebuah klub sepak bola yang saat ini berada di Liga 2 atau kasta kedua di kompetisi sepak bola tanah air. Namun tentu berhasil menarik ribuan pasang mata, untuk setidaknya melirik adanya klub sepak bola tersebut.

Fenomena influencer yang merambah menjadi investor di dunia sepak bola Indonesia ini tentu menjadi pertanyaan, apakah memang industri sepak bola di Indonesia semanis itu sampai berhasil memancing para pesohor di atas?

Raffi, Rudy, dan Dony bahkan berencana berinvestasi Rp 300 miliar untuk mengembangkan Rans Cilegon FC, angka yang cukup fantastis dan jarang terdengar untuk sebuah klub bola di Indonesia.

Untuk lebih memahami fenomena ini, Mohamad Dian Revindo, peneliti dari Universitas Indonesia mengupas apa saja keuntungan yang bisa didulang dari memiliki klub sepak bola di Indonesia.

Potensinya ternyata masih cukup besar dan akan tumbuh berkali lipat dalam beberapa tahun ke depan. Hal yang masuk akal menimbang Indonesia mempunyai banyak penggemar sepak bola, bahkan dalam satu pertandingan bisa menarik sampai 150 ribu orang.

Selain Raffi, pembelian klub sepak bola lain yang tidak kalah pamornya adalah Persis Solo yang dibeli 40% sahamnya oleh Kaesang Pangarep dan 20% oleh Erick Thohir yang juga Menteri BUMN. Sebelum itu juga ada kisah sukses Bali United yang dibeli oleh investor kawakan, Pieter Tanuri yang telah berhasil membuat klub tersebut melantai di bursa saham Indonesia.

Umpan lambung telah diterima, tinggal bagaimana para pemilik klub ini berhasil menggocek rintangan di masa pemulihan wabah COVID-19 dan mampu menghasilkan gol-gol keuntungan.

Salam.

Yessar Rosendar

Business + Economy (Indonesian edition)

Bisnis + Ekonomi