The Conversation

Halo, sobat pembaca! Semoga selalu dalam keadaan sehat.

Kembali lagi dalam Nawala TCID. Hari ini, saya Robby Irfany Maqoma – Editor Lingkungan The Conversation Indonesia, akan berbagi sorotan kabar serta analisis teranyar seputar isu lingkungan di Indonesia dan mancanegara.

Perikanan berkelanjutan terus menurun

Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) merilis Laporan Perikanan Tangkap dan Budi Daya Global (SOFIA) 2022.

Berdasarkan penilaian FAO, stok perikanan dalam tingkat yang berkelanjutan menurun jadi 64,6 persen dari total stok ikan yang ditangkap pada 2019. Padahal, pada 1974, persentasenya masih 90% .

Sebaliknya, persentase stok ikan yang ditangkap secara tidak berkelanjutan meningkat sejak akhir 1970-an, dari 10 persen pada 1974 menjadi 35,4 persen pada 2019. Penangkapan dengan metode ini marak terjadi di sebelah tenggara samudera pasifik (perairan sebelah timur kawasan Amerika Selatan).

Laporan ini menambah kegentingan global untuk mengurangi aktivitas perikanan yang tidak berkelanjutan dan merusak. Tanpa upaya yang signifikan, penduduk dunia bisa kekurangan stok perikanan tangkap pada 2050 mendatang.

Pakar kelautan dari Universitas Padjadjaran, Zuzy Anna, menekankan salah satu upaya untuk melestarikan sumber daya perikanan adalah melalui pengurangan subsidi yang tidak berkelanjutan. Dia, bersama ratusan pakar global, menulis surat kepada Organisasi Perdagangan Dunia untuk melarang skema subsidi tersebut, termasuk juga di Indonesia.

Simak selengkapnya ulasan Zuzy yang terbit di The Conversation Indonesia.

Deteksi perburuan penyu dengan DNA

Organisasi nirlaba Worldwide Fund for Nature (WWF) bersama para mitranya menginisiasi platform bank data genetik penyu sisik bernama ShellBank. Platform ini mengumpulkan data penyu dari produk berbasis sisik penyu, lokasi perkembangbiakan, penyu di laut, dan sebagainya.

Platform ini dapat digunakan untuk mengenali lokasi perburuan penyu. Caranya, petugas bisa mengekstrak DNA penyu yang berasal dari hewan tersebut, penyu awetan, ataupun barang haram turunannya (saat ini barang berbasis penyu seperti gelang sisik ataupun kerajinan tangan lainnya – terlarang diperdagangkan). Nantinya, petugas tinggal mencocokkan DNA tersebut dengan pusat data ShellBank untuk melihat dari mana lokasi perkembangbiakan penyu yang dibunuh tersebut.

Inisiatif ini penting karena studi memperkirakan manusia telah membunuh 9 juta individu penyu untuk memanfaatkan sisiknya. Akibatnya, populasi penyu berkurang hingga 75%. Asesmen lainnya memperkirakan hanya ada 25 ribu individu penyu sisik betina yang ada di alam.

700 korporasi ilegal di hutan Indonesia

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan telah mengantongi 1.030 subyek hukum yang beraktivitas di kawasan hutan secara ilegal. Sekitar 746 di antaranya merupakan korporasi, ada juga 30 entitas yang berasal dari pemerintahan.

Sementara, kegiatan terbanyak yang dilakukan di kawasan hutan adalah perkebunan (623 entitas). Sisanya adalah pertambangan, pembangunan sarana-prasarana pemerintah, dan kegiatan lainnya.

KLHK mengklaim sudah menjatuhkan sanksi administrasi kepada sejumlah entitas, mulai dari pemblokiran rekening, pencegahan ke luar negeri, penyitaan aset, dan sebagainya. Kementerian juga tengah menganalisis kemungkinan untuk menjerat pelanggar dengan sanksi pidana.

Dampak lingkungan program pemulihan Covid-19

Indonesia mencoba menggenjot perekonomian nasional kembali ke level pra-COVID-19 atau lebih baik melalui berbagai kebijakan, salah satunya melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Sayangnya, program PEN masih bertumpu pada bahan bakar fosil guna memenuhi kebutuhan energi.

Kandidat doktor dari University of New South Wales, Denny Gunawan, menguraikan ketergantungan tersebut mengakibatkan program PEN berdampak pada lingkungan. Misalnya, tingginya aktivitas perkantoran memicu polusi udara di perkotaan.

Simak analisis Denny selengkapnya di laman The Conversation Indonesia.

Kota yang berkelanjutan butuh peran perempuan

Pada beberapa dekade mendatang, kaum perempuan diprediksi mendominasi penduduk perkotaan di dunia. Sayangnya, desain perencanaan kota masih belum berpihak pada perempuan.

Penelitian Rihab Khalid di sejumlah negara berkembang di dunia, mengungkapkan desain kota-kota saat ini lebih menguntungkan bagi laki-laki. Misalnya, aturan pembatasan dinding balkon di rumah-rumah yang membuat gerak perempuan terbatas. Tren menggunakan kaca di gedung pencakar langit juga membuat perempuan tak leluasa beraktivitas karena terlalu tampak dari luar – selain memicu panas di dalam ruangan dan memboroskan energi.

Rihab mengemukakan, untuk mencapai kota lestari, paradigma pembangunan harus diubah menuju kota yang lebih menjunjung kesetaraan gender.

Simak analisis Rihab selengkapnya di sini.

-

Nantikan hasil kurasi isu-isu lainnya oleh editor The Conversation Indonesia yang dikirim langsung ke surelmu setiap hari.

Salam lestari!

Robby Irfany Maqoma

Editor Lingkungan

Lingkungan