The Conversation

Helo pembaca,

Semoga Anda sehat dan lancar aktivitasnya.

Kali ini saya menulis satu topik yang penting dan mulai kerap ditanggal di Indonesia walau kasus COVID-19 cenderung naik dalam dua bulan terakhir: masker dan kematian karena COVID-19.

Epidemiolog dari University of Otago Selandia Baru, Michael Baker, mengatakan budaya memakai masker di ruang publik yang begitu kuat di Jepang, Korea Selatan, dan Singapura selama pandemi telah berkontribusi pada rendahnya angka kematian harian COVID-19 di tiga negara Asia tersebut.

Jauh sebelum pandemi, penduduk di Korea Selatan dan Jepang sudah biasa memakai masker dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah tertular penyakit dan cemaran debu dari Cina dalam konteks Korea. Selama pandemi Korea memperkuat budaya itu dengan mewajibkan semua orang pakai masker. Sedangkan Singapura mewajibkan penduduk pakai masker sejak pandemi dan mereka menaatinya.

Walau kasus COVID-19 harian karena varian Omicron di negara-negara tersebut akhir-akhir tinggi, bahkan di Jepang menembus angka 220 ribu pekan ini, Korea Selatan sampai 600 ribu kasus pada Maret dan 100 ribu pekan ini, Singapura sampai 25 ribu pada Februari lalu, angka kematian di tiga negara tersebut relatif kecil.

Penduduk di tiga negara maju Asia itu sudah menganggap bahwa pencegahan penularan COVID-19 adalah tanggung jawab pribadi masing-masing penduduk sehingga setiap orang berupaya untuk selamat, dampaknya menyelamatkan orang lain. Pemakaian masker juga menunjukkan solidaritas. Ini berbeda dengan fenomena di Australia, Selandia Baru, Amerika Utara dan Eropa, tempat banyak orang menentang secara terbuka penggunaan masker karena dianggap merampas kebebasan individual. Mereka juga mempolitisasi pemakaian masker.

Tentu saja masker di tiga negara Asia itu merupakan salah satu faktor. Ada faktor lain, misalnya cakupan vaksinasi yang tinggi dan sistem kesehatan yang jauh lebih baik dibanding di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Ahmad Nurhasim

Editor Sains + Kesehatan

Bidan memeriksa kesehatan janin dari ibu hamil di sebuah klinik di Karawang, Jawa Barat, 19 Juli 2022. ANTARA FOTO/Andi Bagasela/wsj/hp

Riset: suami di perkotaan lebih banyak terlibat dalam pemeriksaan kehamilan istri dibanding suami di pedesaan

Agung Dwi Laksono, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Keterlibatan suami yang aktif, terbukti berkorelasi kuat dengan kewaspadaan dan peningkatan pengetahuan istri tentang tanda-tanda bahaya persalinan dan bayi baru lahir.

Kesehatan

Sains + Teknologi