The Conversation

Halo, semua! Semoga selalu dalam keadaan sehat.

Kembali lagi dalam Nawala TCID. Hari ini, saya Robby Irfany Maqoma – Editor Lingkungan The Conversation Indonesia, akan berbagi sorotan kabar dan analisis teranyar seputar isu lingkungan di Indonesia dan mancanegara.

Bank genetika satwa ala IPB

IPB University menyepakati kemitraan dengan Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research Jerman untuk mengembangkan proyek penyelamatan satwa terancam punah. Dua metode yang disepakati untuk proyek ini adalah Teknologi Reproduksi Berbantu (Assisted Reproductive Technology/ART) dan bank genetika atau biobank.

ART merupakan metode intervensi reproduksi satwa untuk meningkatkan kemungkinan kehamilan dan juga proses kelahiran. Sedangkan biobank merupakan fasilitas penyimpanan sampel biologis untuk menjaga keberagaman genetika, khususnya bagi satwa yang terancam punah.

Keberagaman genetika dibutuhkan untuk menjaga ketahanan hidup satwa liar dan memastikan kelangsungannya. Sebab, jika keberagaman terus menurun, maka satwa rentan mengalami perkawinan sejenis sehingga mengurangi kualitas keturunannya.

Ini terjadi pada badak sumatra, yang populasinya terus menurun akibat perburuan dan hutan yang tercerai-berai. Karena itu, proyek IPB-Leibniz kali ini juga menyasar spesies badak tersebut untuk menjaganya dari kepunahan.

Korban bencana tahun 2022 tembus 2 juta jiwa

Meski 2022 belum genap enam bulan, bencana di Indonesia sudah mencapai 1.601 kejadian dan menimbulkan korban 2.009.590 jiwa. Jutaan orang tersebut mengalami beragam masalah seperti mengungsi, kerusakan rumah, kehilangan harta benda, sakit, hingga meninggal dunia.

Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, jumlah bencana paling banyak berada di Jawa Barat (402 kejadian), Jawa Tengah (266 kejadian), dan Jawa Timur (223 kejadian).

Sementara, bencana terbanyak adalah banjir, tanah longsor, dan cuaca eksrem. Bencana hidrometeorologi ini diduga diakibatkan maraknya alih fungsi lahan di sekitar Jawa, mengakibatkan tanah kehilangan daya dukungnya dalam siklus air.

Pekan ini, banjir rob melanda sepanjang pantai utara Jawa, hingga mengganggu aktivitas warga dan pelabuhan peti kemas. Hal ini terjadi akibat pasang air laut yang tertinggi dalam 20 tahun.

BMKG mengingatkan bahwa rob dapat berlangsung hingga 25 Mei mendatang.

Simak analisis seputar intensitas bencana, aktivitas manusia, dan perubahan iklim oleh pengajar ilmu tanah Universitas Brawijaya, Danny Saputra, dalam tautan ini.

Kongsi ‘bom karbon’ raksasa migas

Di tengah babak akhir bagi dunia untuk mengurangi emisi, korporasi minyak dan gas bumi global diam-diam menyiapkan sekitar 195 ‘bom karbon’, atau proyek besar pengeboran migas. Istilah bom disematkan lantaran risiko emisi skala besar yang akan dihasilkan akibat aktivitas ini.

Tanpa menyebutkan detil proyek, laporan yang dirilis The Guardian tersebut memaparkan bahwa ekspansi migas perusahaan akan memproduksi emisi gas rumah kaca yang setara dengan emisi Cina selama satu dekade.

Beberapa bom karbon juga ada di Indonesia. Misalnya, proyek pengeboran migas laut dalam (Indonesia Deepwater Development) yang digarap oleh perusahaan asal Amerika Serikat, Chevron,. Investasi bernilai US$ 6,8 ini bahkan termasuk proyek strategis nasional yang dapat menerabas perlindungan kawasan konservasi, termasuk di wilayah perairan.

Menggugat telur McDonald's

Koalisi organisasi perlindungan hewan, Act for Farmed Animals bersama Open Wing Alliance, menghelat protes massal menuntut McDonald's Asia menghentikan penggunaan telur yang diproduksi dari kandang baterai. Cara produksi itu dianggap menyiksa hewan karena para ayam dipaksa bertelur di kandang yang sempit, bahkan sampai tidak bisa bergerak.

Protes dihelat sejak Maret lalu di Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Indonesia. Aksi ini juga sekaligus menjadi gugatan atas sikap diskriminatif McDonald's kepada pelanggan di Asia karena perusahaan sudah merombak kebijakan telurnya di Amerika Serikat, Kanada, bahkan Afrika Selatan.

Sekilas riset: dampak perubahan iklim ke waktu tidur

Iklim yang berubah tak hanya berimbas pada kondisi alam, tapi juga manusia. Studi terbaru yang terbit di jurnal Cell menyebutkan, kenaikan temperatur akibat perubahan iklim dapat mengakibatkan tidur yang tak berkualitas. Jumlahnya sekitar 14 hari dalam setahun.

Risiko ini semakin besar bagi penduduk lansia, perempuan, dan warga negara berpendapatan rendah.

Studi selengkapnya dapat diakses di sini.   

-

Nantikan hasil kurasi isu-isu lainnya oleh editor The Conversation Indonesia yang dikirim langsung ke surelmu setiap hari.

Salam lestari!

Robby Irfany Maqoma

Editor Lingkungan

Lingkungan