Catatan editor

Halo pembaca yang budiman,

Semoga Anda selalu sehat dengan bekerja dari rumah dan menjaga jarak sosial di tengah pandemi COVID-19.

Saya Ahmad Nurhasim, editor sains dan kesehatan The Conversation, memilih sejumlah berita hangat sepekan terakhir.

Media-media besar di dunia dan nasional menerbitkan begitu banyak berita terkait dengan coronavirus yang kini telah menulari lebih dari 900 ribu orang dengan kematian lebih dari 47 ribu orang. Mereka tersebar di lebih dari 200 negara dan teritorial, dengan mayoritas di Amerika Serikat, Italia, Spanyol, Cina, Jerman, dan beberapa negara Eropa.

Pertambahan eksponensial kasus COVID di Amerika cukup mengagetkan. Pada 15 Februari, ada 15 kasus infeksi yang terkonfirmasi. Hanya dalam satu setengah bulan, pada 31 Maret lebih dari 200 ribu kasus terkonfirmasi. Mulai 24 Maret, kasus baru tiap hari bertambah di atas 10 ribu kasus. Pada 1 April bahkan mencapai 26 ribu kasus baru sehari.

Kebijakan utama di Amerika untuk menghambat laju penularan virus mirip Indonesia: meminta penduduk mengkarantina mandiri di rumahnya masing-masing selama setidaknya dua pekan dan menjaga jarak sosial di luar rumah.

Sementara itu, kebijakan karantina semua wilayah untuk memperlambat laju penularan coronavirus di India melahirkan drama kemanusian di negara berpenduduk 1,3 miliar itu.

Keputusan lockdown itu diumumkan hanya empat jam sebelum keputusan itu berlaku mulai Selasa pekan lalu. Dampaknya, kelompok miskin dan pekerja informal yang bekerja di kota-kota utama seperti New Delhi secara massal keluar dari kota dan pindah ke kampungnya masing-masing. Mereka berjalan kaki puluhan hingga ratusan karena alat transportasi publik dihentikan. Perpindahan orang secara massal ini dikhawatirkan juga akan memindahkan virus yang dibawa dari kota ke kawasan pedalaman.

Walau pemerintah Indonesia didesak oleh banyak pihak untuk menerapkan kebijakan lockdown di DKI Jakarta, Presiden Jokowi memilih kebijakan pembatasan sosial berskala besar untuk melawan laju penyebaran virus corona. Moda kereta api di jalur lintas selatan Pulau Jawa dihentikan secara bertahap mulai 1 April untuk memotong mata rantai penularan dari Jakarta ke kota-kota lainnya.

Satu hal perlu dicatat, kematian akibat coronavirus di Indonesia yang mencapai 157 orang dari sekitar 1600 kasus terkonfirmasi) hingga 1 April, bukan hanya angka statistik. Para korban adalah orang-orang yang memiliki keluarga, seorang ayah dan kakek, seorang ibu dan nenek, seorang anak, dan saudara kita. Ada banyak yang kehilangan tulang punggung keluarga dan orang-orang terkasih akibat serangan virus ini.

Dan tampaknya, bencana penyakit ini belum akan segera berakhir dan bahkan bisa lebih buruk karena kebijakan pemerintah Indonesia cenderung moderat untuk melawan coronavirus.

Anda bisa mengikuti perkembangan riset terbaru dan analisis tentang COVID-19 dari para ahli di sini.

Ahmad Nurhasim

Editor Sains + Kesehatan, Kepala Divisi Training

Artikel teratas

Muslim tetap menjaga jarak antarorang untuk hindari penularan coronavirus saat salat Jumat di sebuah masjid di Surabaya, 20 Maret 2020. EPA/FULLY HANDOKO

3 fakta yang jarang dilihat di balik tingginya persentase kematian COVID-19 di Indonesia

Henry Surendra, Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU)

Penghitungan tingkat kematian di Indonesia tidak mencerminkan kenyataan di lapangan karena jumlah kasus positif yang dilaporkan diperkirakan jauh dari angka yang sebenarnya terjadi di masyarakat.

Kesehatan

COVID-19

In English