The Conversation

Halo pembaca,

Semoga Anda sehat dan lancar aktivitasnya.

Hepatitis B, infeksi virus hepatitis B, yang menyerang hati dan menyebabkan penyakit kronis dan akut selama puluhan tahun merupakan masalah kesehatan masyarakat sangat serius. Saat ini, di Indonesia, angka kejadian hepatitis B mencapai 7,1% dari total populasi atau 18 juta orang. Sebuah angka yang sangat besar dan memiliki dampak besar pada kesehatan, kematian, harapan hidup dan sosial ekonomi di masyarakat.

Di level dunia, Organisasi kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 296 juta orang hidup dengan infeksi hepatitis kronis dan menyebabkan kematian 820.000 orang pada 2019. Kematian itu mayoritas disebabkan oleh pengerasan hati atau sirosis dan kanker hati yang merupakan dampak langsung dari infeksi hepatitis B selama puluhan tahun. Setiap tahun ada 1,5 juta orang baru yang terdeteksi terkena hepatitis B.

Mayoritas penularan hepatitis B terjadi secara vertikal, dari ibu ke anak saat bayi masih dalam kandungan dan saat proses kelahiran. Karena itu, deteksi hepatitis B pada ibu hamil merupakan langkah pencegahan yang penting. Walau deteksi ini di Indonesia sudah dimulai sejak 2015, deteksi dini masih timpang antarprovinsi. Pada 2017, data menunjukkan baru separuh provinsi yang memenuhi target deteksi dini.

Karena itu, pemerintah harus meningkatkan cakupan dan meratakan deteksi dini ibu hamil agar kasus-kasus positif hepatitis B bisa diketahui lebih awal dan ditangani oleh petugas kesehatan. Tahun lalu baru sekitar 2,9 juta ibu hamil yang dideteksi, dari total sekitar 4,8 juta ibu hamil. Masih sekitar dua juta yang belum dideteksi.

Ahmad Nurhasim

Editor Sains + Kesehatan

Persentase.

Data Bicara: deteksi dini hepatitis B di Indonesia tidak merata

Ahmad Nurhasim, The Conversation

Otoritas pelayanan harus didelegasikan ke level kabupaten dan kota, tidak lagi terpusat di provinsi.

Kesehatan

Sains + Teknologi