The Conversation

Halo, semua! Semoga selalu dalam keadaan sehat.

Kembali lagi dalam Nawala TCID. Hari ini, saya Robby Irfany Maqoma – Editor Lingkungan The Conversation Indonesia, akan berbagi sorotan kabar terkait isu lingkungan di Indonesia dan mancanegara.

Laporan terbaru IPCC: tahun 2030 babak penentuan masa depan bumi

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Antonio Guterres tak berbasa-basi. Dia langsung menuding pemerintahan negara maju telah ‘mencekik’ masa depan bumi lantaran hanya memenuhi kepentingan nasionalnya sendiri, serta investasi bahan bakar fossil yang tak berkesudahan.

Pernyataan Guterres terkait dengan laporan keenam dari kelompok kerja III (WG III) Panel Antar-pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) yang dirilis Senin lalu. IPCC menyatakan bahwa komitmen iklim yang disetor negara-negara justru berisiko menaikkan suhu bumi hingga 2℃ pada 2030.

Meski sudah disuguhi laporan yang menohok, negara-negara peserta masih belum menerima kenyataan. Sampai ahad malam lalu, pemilihan kata dalam laporan IPCC masih menjadi perdebatan untuk mengurangi tekanan politik ke negara masing-masing. Perdebatan ini tercatat sebagai yang paling alot selama sejarah IPCC berdiri.

Padahal, saat ini dunia sedang berada dalam masa terbaiknya untuk mengurangi emisi karena teknologi ramah lingkungan yang semakin murah.

Guna menahan laju suhu bumi 1,5℃ – sesuai dengan Perjanjian Paris pada akhir dekade nanti – emisi global harus mencapai puncaknya pada 2025 untuk kemudian menurun 25% pada 2030. Kondisi net zero atau impas emisi (antara yang dikeluarkan dan yang terserap di bumi) harus benar-benar terjadi pada 2050 agar temperatur bumi kembali stabil.

Simak uraian mendalam soal laporan terbaru IPCC di The Conversation langsung dari para penulis utama laporannya.

Relakah kampus melepas duit korporasi tambang?

Pada September 2021 silam, keputusan Harvard University melepas dana abadi universitasnya sebesar U$ 42 miliar (Rp 602 triliun) dari perusahaan pertambangan bahan bakar fossil banyak diapresiasi para pegiat lingkungan.

Kini, seiring dengan suhu bumi yang terus memanas, sekitar 500 akademisi melayangkan tuntutan serupa ke perguruan tinggi di Inggris dan Amerika Serikat. Harapannya, kampus tak lagi menerima dana riset dari para penambang agar kemitraan perusahaan-akademisi tak menjadi tameng para perusahaan untuk berpaling dari kewajibannya.

Ini bukan pertama kali terjadi. Sejumlah kampus sejak beberapa waktu lalu telah menolak pendanaan riset dari perusahaan rokok dengan alasan membela kesehatan publik.

Risiko krisis DAS Mahakam melebar ke ibu kota baru

Sejumlah pihak mengkhawatirkan penurunan kualitas Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam, Kalimantan Timur, yang terus menurun. Di beberapa wilayah, sungai mengalami pendangkalan. Lahan sekitarnya juga kritis.

Akibatnya, selama dua tahun belakangan, ada sekitar 30 kejadian banjir di kawasan Kalimantan Timur.

Tanpa intervensi yang agresif, masalah ini dikhawatirkan terus merembet hingga akhirnya berdampak pada persoalan pemenuhan air untuk wilayah ibu kota negara yang baru.

Akhirulkalam era fast fashion Eropa

Komisi Eropa lagi-lagi merumuskan kebijakan terobosan untuk memperkuat kebiasaan ramah lingkungan di kawasan tersebut. Kali ini, lembaga tersebut mengusulkan perluasan aturan desain ramah lingkungan yang meredam tren fast fashion atau fesyen kilat. Tren ini membuat produsen menghasilkan baju-baju yang murah, tapi tak tahan lama, sehingga tidak berkelanjutan dan menjadi sumber polusi di laut.

Komisi Eropa mengusulkan desain baju harus awet, minimum tahan lama dari tiga kali pencucian, dapat diperbaiki dan didaur ulang. Jika usulan ini disetujui, maka era fesyen kilat Eropa akan berakhir paling lambat lima tahun lagi.

Sekilas riset: laut tak sesunyi yang kita kira

Riset terbaru di jurnal Ichthyology & Herpetology menyatakan bahwa ikan-ikan tidak berenang dalam sunyi. Mereka mengeluarkan suara dan berkomunikasi satu-sama lainnya, meski dengan cara berbeda dengan mayoritas satwa di daratan. Suara ini – bagi sebagian jenis ikan – berasal dari gelembung apung di dalam tubuhnya.

-

Nantikan hasil kurasi isu-isu lainnya oleh editor The Conversation Indonesia yang dikirim langsung ke surelmu setiap hari.

Salam lestari!

Robby Irfany Maqoma

Editor Lingkungan

Lingkungan