|
|
Dear sobat TCID,
7 Oktober 2025 menandai 2 tahun sejak terjadinya kembali agresi militer Israel yang memperparah tekanan pada penduduk Gaza. Genosida yang dilakukan Israel ini sudah menewaskan setidaknya 68.122 warga sipil Palestina.
Selama dua tahun tersebut, seruan untuk melakukan gencatan senjata, pembebasan sandera, pelucutan senjata Hamas, serta penarikan bertahap pasukan Israel dari Gaza terus digaungkan. Bantuan-bantuan kemanusiaan pun tak henti mengalir, termasuk rombongan aktivis dari armada Global Sumud Flotilla (GSF) yang diusir Israel setelah mencoba mengirimkan bantuan ke Gaza. Negara-negara Barat yang selama ini memilih diam kini
mulai terlihat vokal menyuarakan dukungannya untuk pengakuan negara Palestina.
Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Belakangan, pemerintah Indonesia terlihat cenderung bermain aman: tetap mendukung Palestina, tapi tampak enggan terang-terangan menyatakan anti-Israel.
Dalam pidatonya di rangkaian Sidang Umum PBB, 22 September 2025, Prabowo tidak tegas menyebut istilah genosida saat menyinggung Gaza. Ia juga tidak mengecam langsung aksi militer Israel.
Ini berbeda dengan mayoritas rakyat Indonesia yang secara konsisten dan terbuka mendukung kemerdekaan Palestina dan memboikot produk-produk Israel.
Menurut pakar, strategi Prabowo ini dalam diplomasi internasional mencerminkan permainan dua kaki: merespons pergeseran internasional sambil tetap mencoba berakar kuat pada legitimasi domestik.
Bisa saja Prabowo memang tengah mempertahankan prinsip Indonesia di posisi non-blok. Tapi bukankah penulis Italia Dante Alighieri pernah bilang: “Tempat tergelap di neraka disediakan bagi mereka yang tetap memilih netral di saat terjadi krisis moral”?
Sampai kapan Indonesia akan bersikap 'sedang-sedang' saja?
Yours in solidarity,
|
|
Hayu Rahmitasari
Education & Culture Editor
|
|
Ilustrasi bendera Indonesia dan Palestina berkibar berdampingan.
em_concepts/Shutterstock
Azifah Astrina, University of Illinois at Urbana-Champaign
Prabowo menunjukkan logika dua kaki kebijakan luar negeri Indonesia. Ke luar tampak buka ruang bagi Israel, ke dalam tetap lantang bela Palestina.
|
Aksi solidaritas untuk kemerdekaan Palestina di Bengkulu.
Muhammad Izfaldi/Antara Foto
Ayu Anastasya Rachman, Universitas Bina Mandiri Gorontalo
Indonesia sebenarnya menjalin hubungan dengan Israel, kerja sama yang cukup menguntungkan bagi kedua negara. Apakah ndonesia harus terus-terusan “menutup diri” dari Israel?
|
Atef Safadi/EPA
Eyal Mayroz, University of Sydney
Dunia harus berhenti memihak. Rekonsiliasi kedua belah pihak perlu mendorong gencatan senjata di Gaza, penentuan nasib sendiri bagi warga Palestina, dan keselamatan dan keamanan bagi warga Israel.
|
Pendidikan + Budaya
|
-
Desideria Cempaka Wijaya Murti, Universitas Atma Jaya Yogyakarta; Alfian Helmi
Tidak semua riset dapat diukur dengan logika industri. Luaran riset sosial tentang kekuasaan, budaya, atau kebijakan tidak bisa diperlakukan sama dengan prototipe panel surya. Mengapa?
-
Charyna Ayu Rizkyanti, Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII)
Pemerintah dan elite politik perlu memiliki empati agar bisa merumuskan kebijakan yang adil, mencegah konflik, dan membangun legitimasi moral.
-
I Ngurah Suryawan, Universitas Warmadewa; I Made Chandra Mandira
Sejarah menunjukkan bahwa pecalang memiliki posisi yang begitu lentur, sehingga sering dimanfaatkan oleh berbagai pihak dengan beragam kepentingan.
|
|
Lingkungan
|
-
Satrio Hani Samudra, UCL; Tries Blandine Razak, IPB University
Terumbu karang yang rusak akibat bom ikan tidak mungkin pulih secara alami tanpa campur tangan manusia.
|
|
Ekonomi
|
-
Triana Hadiprawoto, Monash University
Rojali dan Rohana bukan musuh peritel. Mereka hanya sedang dalam kondisi proses pembelian yang lebih panjang, atau sebenarnya sedang mengalami kelelahan ritel
-
Darynaufal Mulyaman, Indonesian Christian University (UKI)
Strategi Family Mart yang sangat Jejepangan bisa juga diadaptasi oleh Alfa Mart yang sedang ekspansif di Filipina
|
|
Politik + Masyarakat
|
-
Febby R. Widjayanto, Universitas Airlangga; Agie Nugroho Soegiono, Universitas Airlangga
Selain memantik ketimpangan ekonomi, Negara predatoris juga merusak konsep hakiki legitimasi politik dan hukum yang mengorbankan kepentingan rakyat banyak
-
Budi Kristanto, Universitas Lambung Mangkurat
Skandal Chromebook yang menjerat Nadiem Makarim kembali menunjukkan sistem pengadaan barang dan jasa yang rentan korupsi.
-
Muammar Syarif, The Conversation
Solusi dua negara bukan berarti kemerdekaan. Harus ada penetapan batas-batas dan kontrol teritorial.
|
|
Isu Anak Muda
|
-
Sonja Falck, University of East London
Putus dengan teman bisa sama menyakitkan dengan putus hubungan romantis.
-
Ronald S. Green, Coastal Carolina University
‘Demon Slayer: Mugen Train’ memadukan sifat fana Buddha, filosofi Shinto, dan etika samurai, menjadi pelajaran tentang keberanian dan penderitaan.
-
Taufan Wijaya, Universitas Multimedia Nusantara
Zine digadang-gadang bisa jadi juru penyelamat industri media cetak khususnya koran
|
|
Kesehatan
|
-
Tracy Hussell, University of Manchester
Penghargaan Nobel Kedokteran 2025 diberikan kepada tiga ilmuwan atas temuan mereka soal cara tubuh menghentikan sistem imun agar tidak menyerang diri sendiri.
-
Arif Nur Muhammad Ansori, Universitas Airlangga; Arli Aditya Parikesit, Indonesia International Institute for Life Sciences; Ronny Soviandhi, Universitas Gadjah Mada ; Yudhi Nugraha, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
Pasar hewan liar di Indonesia berisiko memicu pandemi baru. Sanitasi buruk dan perdagangan hewan liar berisiko tinggi zoonosis menjadi penyebabnya.
-
Resti Pujihasvuty, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
Sekitar 50% keluarga tidak menyadari lansia terkena depresi bahkan ketika sudah level berat. Stigma masyarakat soal lansia jadi penyebabnya!
|
|
Sains + Teknologi
|
-
Hans Christian, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Sering nonton video pendek bisa bikin anak lebih impulsif, mudah marah, dan tantrum. Gangguan fungsi eksekutif otak anak ternyata jadi penyebabnya.
|
|
In English
|
-
Satrio Hani Samudra, UCL; Tries Blandine Razak, IPB University
Blast-fished reefs are unlikely to recover naturally without human intervention.
|
|
|
Ada apa di The Conversation Indonesia
|  |
Yuk rayakan langkah kecil yang berdampak besar bersama para Generasi Cerdas Lingkungan (GENCERLING)!
Jangan lewatkan penampilan inspiratif para guru dalam acara Kisah Setetes Air: Mengalirkan Inspirasi, Merayakan Perubahan pada Jumat, 10 Oktober 2025 pukul 13.30 - 16.00 WIB di Auditorium Perpusnas RI.
📌 GRATIS & terbuka untuk umum!
Daftar sekarang 👉
https://bit.ly/KisahSetetesAir2025
🔗 Jangan lupa juga cek Virtual Exhibition Gencerling di sini: https://bit.ly/GencerlingVE
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|