Halo! Selamat datang kembali di Sepekan Lingkungan, nawala mingguan yang menampilkan beberapa artikel-artikel penting dari Indonesia dan internasional.

Menjelang akhir tahun, para pemimpin dunia dan penggiat lingkungan biasanya sudah bersiap menggelar Konferensi Iklim PBB (UNFCCC) untuk mencegah pemanasan Bumi.

Karena masih berjibaku dengan penyebaran virus corona, rencana ini diubah menjadi “Dialog Iklim” yang akan digelar secara virtual mulai dari 23 November hingga 4 Desember 2020.

Keputusan ini diambil agar negara-negara bisa melaporkan perkembangan target penurunan emisi mereka atau dikenal dengan Nationally Determined Contributions.

Secara umum, Dialog Iklim akan membicarakan soal penurunan emisi gas rumah kaca, adaptasi perubahan iklim, sains dan teknologi, pendanaan dan pembangunan kapasitas, gender dan transparansi, serta program aksi bagi iklim yang disebut Action for Climate Empowerment (mencakup edukasi, training, partisipasi publik, akses untuk informasi, hingga kerjasama internasional).

Masih soal iklim. Survey terbaru menunjukkan bahwa peneliti iklim melakukan lebih banyak perjalanan udara per tahun.

Namun, mereka juga melakukan upaya lebih untuk mengompensasi emisi tersebut.

Studi yang diterbitkan di Global Environmental Change melakukan survey terhadap 1400 peneliti dari berbagai disiplin iklim di 59 negara, terkait dengan berapa lama dan kenapa mereka melakukan perjalanan udara. Penelitian ini dilakukan tahun 2017, sebelum adanya pelarangan terbang akibat virus corona.

Lorraine Whitmarsh, psikolog lingkungan dari Universitas Bath, Inggris, yang memimpin studi ini mengatakan bahwa angka yang ditunjukkan cukup kontras dan seharusnya menjadi peringatan bagi ilmuwan.

Dari Indonesia, survey yang dilakukan hingga akhir Oktober lalu, memberikan kabar baik terkait penemuan sejumlah larva ikan di Selat Malaka.

Penemuan ini setidaknya akan memberikan gambaran tentang status potensi stok ikan di perairan Indonesia. Dari 41 famili larva ikan, clupeidae (sarden) adalah jenis ikan yang paling banyak ditemukan.

Beralih ke pembangunan kawasan wisata Taman Nasional Komodo, Presiden Joko “Jokowi” Widodo dikabarkan akan segera menandatangani keputusan soal pengaturan zonasi.

Kawasan wisata ini mendapat sorotan publik, terutama setelah viralnya foto komodo yang “berhadapan” dengan truk pekerja. Para pecinta lingkungan dan satwa menganalogikan foto ini sebagai “penolakan” dari komodo atas pembangunan di habitat mereka.

Sementara di The Conversation Indonesia, kami menghadirkan isu terkait persiapan penggunaan bahan bakar dari sawit yang tidak ramah lingkungan dan bebas konflik sosial, serta update terbaru soal UU Cipta Kerja yang semakin memberikan ancaman bagi para pembela lingkungan dan HAM.

Sekian nawala untuk minggu ini terkait lingkungan hidup. Sampai jumpa dalam edisi berikutnya. Jangan lupa berlangganan!

Salam!

Fidelis Eka Satriastanti

Editor Lingkungan Hidup

Lingkungan Hidup

Sains + Teknologi