Catatan editor

Halo Pembaca,

Semoga Anda sehat selama bekerja dan beraktivitas di rumah. Pekan ini telah memasuki bulan ketiga sejak kasus pertama COVID-19 diumumkan di Indonesia.

Membayangkan virus corona akan segera hilang adalah mustahil. Direktur Kedaruratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Mike Ryan mengatakan virus penyebab COVID-19 tidak akan pernah lenyap walau vaksin dan obatnya telah ditemukan. Dia membandingkannya dengan virus HIV yang pernah kali ditemukan pada 1981 hingga kini belum hilang. Dalam sejarah pandemi penyakit menular, virus bisa dikendalikan dengan bantuan sains, teknologi, dan kebijakan yang ketat.

Karena itu cara terbaik untuk mengendalikan virus corona ini membutuhkan upaya besar-besaran baik dari sisi pemerintah maupun warga negara. Pelacakan kontak orang positif COVID, lalu mengisolasi mereka dari masyarakat umum hingga benar-benar sembuh, tes PCR massal orang-orang yang kontak dengan pasien positif, dan mengobati yang positif adalah langkah yang bisa mengendalikan penyebaran virus ini.

Bagi orang yang belum terkena, menjaga jarak sosial antarindividu, mengenakan masker, dan mencuci tangan setelah memegang benda-benda yang mungkin terinfeksi virus merupakan upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah tertular virus.

Sebuah riset uji coba skala lab di Amerika menunjukkan calon vaksin untuk melawan coronavirus tampaknya telah memberikan perlindungan terhadap penyakit Covid-19 pada enam monyet kera. Hal ini memberikan harapan pada vaksin yang kini sedang diuji klinik pada manusia. Namun belum ada jaminan bahwa vaksin tersebut bisa bekerja serupa dengan pada monyet tersebut.

Sementara itu, sebuah investigasi menunjukkan alat uji cepat Biozek yang didatangkan oleh Kimia Farma dari Belanda diduga bermasalah. Alat yang diproduksi di Cina dan diberi merek Belanda itu level akurasinya rendah dalam mendeteksi antibodi yang pernah terpapar virus corona. Masalahnya ribuan alat ini kini telah menyebar ke seluruh Indonesia untuk mendeteksi awal paparan virus corona.

Dalam konteks itulah, makin penting kita memastikan bahwa kebijakan pemerintah harusnya dilandasi bukti ilmiah yang kokoh, apalagi untuk jenis kebijakan yang berisiko pada kesehatan masyarakat.

Ahmad Nurhasim

Editor Sains + Kesehatan, Kepala Divisi Training

Kesehatan

COVID-19

In English