The Conversation

Halo pembaca, semoga Anda sehat dan lancar aktivitasnya.

Kasus penyakit demam berdarah (DBD) di Indonesia meningkat signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Hingga pertengahan Juni lalu, Kementerian Kesehatan melaporkan ada sekitar 45 ribu kasus, dengan kematian akibat DBD lebih dari 430 kasus. Lampung, Jawa Barat dan Yogyakarta merupakan daerah yang paling banyak melaporkan kasus DBD.

Indonesia telah mengalami wabah demam berdarah beberapa kali yakni pada 1973, 1988, 1998, 2007 dan 2010. Dengan demikian, kita memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup memadai untuk mencegah penyakit ini menyebar lebih luas dan mengobatinya segera saat telah terkena penyakit ini.

Setidaknya ada dua hal yang perlu kita pahami dalam kaitan demam berdarah agar kita bisa mencegah dan mengobatinya saat terkena penyakit ini. Pertama, penyakit ditularkan oleh nyamuk (vektornya adalah Aedes aegypti betina) dari satu orang ke orang lain. Kedua, ada proses perjalanan penyakit yang melibatkan fase dan risiko yang berbeda pada perjalanan penyakit ini.

Ketika seseorang punya indikasi demam berdarah, WHO memperkenalkan suatu pendekatan warning signAda beberapa gejala yang dapat dikenali secara dini sebelum seseorang jatuh pada kondisi yang berat. Indikasinya, antara lain adanya gangguan organ seperti gangguan fungsi hati yang berat, tidak sadar, adanya perdarahan secara tiba-tiba (seperti mimisan), dan penurunan kadar trombosit secara cepat. Bila tanda-tanda tersebut muncul, dokter perlu meningkatkan kewaspadaan dalam merawat pasien.

Di level pencegahan, menjaga kebersihan lingkungan dengan konsep 3M plus (menguras, menutup, dan mengubur wadah air yang mendukung siklus hidup nyamuk, plus memakai obat nyamuk dan tidak menggantung pakaian yang bisa jadi rumah nyamuk) merupakan konsep yang sudah terkenal. Kita perlu meningkatkan upaya-upaya ini.

Di level nyamuknya, telah ada riset dan eksperimen memasukkan Wolbachia—bakteri yang dapat menghentikan kemampuan virus dengue untuk bertahan dalam tubuh nyamuk—ke dalam nyamuk Aedes aegypti sehingga nyamuk tidak bisa mentransfer virus demam berdarah ke manusia. Proyek yang sudah diuji-cobakan di Yogyakarta ini perlu diperluas agar bisa mengurangi risiko demam berdarah.

Pemerintah perlu berinovasi untuk menyusun kebijakan yang lebih efektif mencegah “penyakit tahunan” demam berdarah.

Ahmad Nurhasim

Editor Sains + Kesehatan

Setelah Roe v. Wade dibatalkan, lebih banyak orang dapat menemukan diri mereka membutuhkan aborsi trimester ketiga. RgStudio/E+ melalui Getty Images

Kurang dari 1% aborsi terjadi pada trimester ketiga – inilah kenapa orang melakukannya

Katrina Kimport, University of California, San Francisco

Memahami kesulitan perjalanan dapat menawarkan wawasan tentang apa yang akan dihadapi perempuan yang membutuhkan aborsi di seluruh AS di dunia pasca-Roe.

Kesehatan

In English