Dear Pembaca,

Semoga semuanya dalam keadaan sehat.

Hari ini, saya, Anggi M. Lubis, Editor Bisnis + Ekonomi di The Conversation Indonesia, akan berbagi informasi penting seputar perekonomian Indonesia satu pekan ke belakang.

Pertama, perbincangan mengenai pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur makin menghangat. Setelah Rancangan Undang-Undang (RUU) IKN disahkan DPR dua pekan lalu, pemerintah kini tengah menggodok aturan pelaksanaan pembangunan wilayah yang nantinya akan disebut sebagai Nusantara tersebut. Seperti biasa, ada khalayak yang mendukung karena potensi pemerataan ekonomi, ada pula yang menolak dengan berbagai alasan seperti kerusakan lingkungan dan pembiayaan yang membebani APBN.

Selanjutnya, pemerintah kini tengah melakukan uji coba travel bubble atau gelembung perjalanan yang melingkupi Singapura, Bintan, dan Batam. Gelembung perjalanan adalah kesepakatan antara dua negara atau lebih untuk membuka akses perjalanan dari dan ke masing-masing negara. Model ini digunakan untuk mempertahankan pendapatan dari sektor wisata di tengah merebaknya varian omicron. Sektor pariwisata memang penting untuk diperhatikan, mengingat banyaknya pekerja informal yang bergantung pada industri tersebut. Tetapi, pemerintah juga tidak boleh gegabah dan harus belajar dari pengalaman untuk mengatur arus masuk dan keluar di tengah gelombang pandemi.

Menyangkut isu energi, pemerintah kini telah resmi memulai proyek gasifikasi batu bara. Harapannya, dengan langkah ini, Indonesia dapat melepaskan diri dari ketergantungan terhadap impor liquefied petroleum gas (LPG). Namun, jika kita lihat dari lain sisi, hal ini menunjukkan bagaimana Indonesia masih sangat bergantung pada komoditas emas hitam ini. Selain itu, hal ini tentunya bertentangan dengan semangat untuk beralih ke energi baru dan terbarukan serta upaya mengurangi emisi karbon.

Berikutnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan laju inflasi pada Januari 2022 sebesar 0,65%. Dengan demikian, inflasi secara tahunan menyentuh angka 2,18%, atau tertinggi semenjak bulan Mei 2020 yang berada di kisaran 2,19%. Kenaikan harga pangan masih menjadi biang kerok di balik inflasi.

Terkait, prahara minyak goreng belum juga usai. Pemerintah telah mengambil langkah untuk menekan harga ke kisaran Rp 14.000 per liter. Sayangnya, stok minyak goreng terjangkau sulit ditemukan di pasaran. Pemerintah harus mengambil langkah tegas untuk memastikan rantai pasokan dan menyelidiki potensi adanya penimbunan, demi menjaga harga gorengan tetap murah.

Tetap sehat dan semangat, besok sudah hari Jumat.

Salam,

Anggi Lubis

Editor Bisnis + Ekonomi

Bisnis + Ekonomi