The Conversation

Halo, pembaca! Semoga selalu dalam keadaan sehat.

Kembali lagi dalam Nawala TCID. Hari ini, saya Robby Irfany Maqoma – Editor Lingkungan The Conversation Indonesia, akan berbagi sorotan kabar serta analisis teranyar seputar isu lingkungan di Indonesia dan mancanegara.

Petaka ‘tahun api’ di Alaska

Alaska, salah satu daerah terdekat dengan kutub, justru mengalami laju kebakaran hutan dan lahan tercepat yang terjadi sepanjang musim semi lalu.

Pada pertengahan Juni, angkanya mencapai 404 ribu ha. Luas lahan yang terbakar lantas bertambah dua kali lipat hanya dalam waktu sebulan. Kebakaran tersebut bahkan melampaui angka di Indonesia, per 2021, yang hanya sebesar 354 ribu ha.

Fenomena ini diduga disebabkan oleh musim semi yang lebih hangat sehingga merangsang pertumbuhan tumbuhan. Akhirnya, tumbuhan tersebut justru terbakar saat intensnya sambaran petir akibat badai marak terjadi di Alaska.

Dalam artikel di The Conversation, Pakar iklim dari Arctic Research Center, Rick Thoman, mencoba menguraikan sebab-akibat dari si jago merah yang kian buas. Rick juga memprediksi kenaikan temperatur bisa membuat keadaan di Alaska bertambah buruk.

Haji kian berisiko karena perubahan iklim

Pusat Pengkajian Islam Universitas Nasional merilis laporan berjudul “Dampak Kebijakan Iklim bagi Ibadah haji.” Laporan ini menyatakan kebijakan iklim saat ini membawa dunia menuju pemanasan global 2,7°C pada akhir abad ini.

Akibatnya, ibadah haji di musim panas sangat berbahaya, dengan 97% musim panas mencapai ambang level ‘berbahaya.’ Sekitar satu dari lima musim panas tersebut akan mencapai ambang level ‘bahaya ekstrem’—tingkat yang belum pernah dialami di Mekkah.

Risiko tersebut sudah mulai nampak. Sejak 4 Juni, setidaknya ada lima jemaah yang dirawat karena kekurangan cairan tubuh.

Tindakan global yang lebih agresif diperlukan untuk membatasi pemanasan. Ini termasuk juga upaya pengurangan emisi di negara-negara berkembang, seperti Indonesia.

Misteri kehidupan bayi pari manta akhirnya terungkap

Setelah delapan tahun melakukan penelitian, ilmuwan Indonesia berhasil mengungkap misteri kehidupan bayi pari manta karang di Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat. Penelitian yang dilakukan Edy Setyawan ini menyatakan bagaimana anak-anak pari manta karang menggunakan Laguna Wayag di barat laut perairan Raja Ampat sebagai habitat mereka untuk tumbuh besar.

Penelitian ini berbasis pemantauan rutin setiap 3-6 bulan dari tahun 2013–2021 di Laguna Wayag. Edy dan timnya menggunakan pendekatan mutakhir, termasuk identifikasi fotografis, penggunaan drone, pelacakan satelit yang dilengkapi dengan GPS, hingga pelacakan akustik (perangkat dengan cara kerja yang mirip mesin presensi di kantor).

Bagi bayi pari manta, tinggal di area pembesaran sangat penting untuk memastikan kelangsungan hidup mereka. Area ini cenderung memiliki air yang tenang sehingga cocok bagi bayi pari manta yang baru mulai berenang. Area ini juga bisa melindungi mereka dari pemangsa seperti hiu-hiu besar.

Simak uraian penelitian Edy seputar kehidupan bayi pari manta selengkapnya di sini.

Mi instan diduga tercemar pestisida

Akhir pekan lalu, laporan tentang otoritas Bea Cukai Taiwan yang menolak produk mi instan asal Indonesia sempat menghebohkan publik. Penolakan ini dilandasi temuan lembaga pengawasan obat dan makanan Taiwan (FDA) yang menyatakan sejumlah produk mengandung pestisida dalam kadar yang berbahaya.

Wings Food sebagai produsen mi instan Mie Sedaap – produk mie yang ditolak – buru-buru membantah temuan tersebut. Perusahaan ini mengklaim telah mengantongi standar produksi mutu dan kelayakan makanan sejak 19 tahun silam.

-

Yuk, ikuti kampanye #SiKecilBertanya

Pembaca, belakangan ini banyak anak usia TK dan SD yang kecanduan gawai. Ketergantungan mereka pada internet dan hiburan daring mengikis rasa ingin tahu atas lingkungan sekitar dan dunianya. The Conversation Indonesia mengajak kamu ikut #SiKecilBertanya, untuk membangun kebiasaan berpikir ilmiah dan bijaksana pada anak, sebagai generasi penerus bangsa Indonesia.

Simak kampanye selengkapnya di sini.

-

Nantikan hasil kurasi isu-isu lainnya oleh editor The Conversation Indonesia yang dikirim langsung ke surelmu setiap hari.

Salam lestari!

Robby Irfany Maqoma

Editor Lingkungan

Lingkungan