Kegagalan 26 ronde rapat iklim

Penyelenggaraan konferensi iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia, gagal menghasilkan upaya signifikan untuk mencegah perburukan krisis iklim di masa depan.

Pakta Iklim Glasgow yang disepakati 197 negara peserta tak mampu menahan laju kenaikan suhu sebesar 1,5 °C. Bumi masih akan memanas hingga 2,4 °C dibandingkan era praindustri pada 2030.

Pakta Iklim tersebut juga gagal mencantumkan kesepakatan untuk menghapus proyek energi fosil secara bertahap. Dokumen hanya menuliskan komitmen pengurangannya tanpa target yang pasti.

COP26 memang menghasilkan sejumlah inisiatif baru untuk nol deforestasi, pengurangan emisi gas metana, hingga transisi energi. Sayang, sejumlah program itu tak memiliki kekuatan hukum yang mengikat negara peserta.

Reaksi para pakar terkait COP26 dapat dibaca selengkapnya pada tautan ini

 

Bagaimana jika Masjidil Haram dipasangi panel surya?

Sebuah laporan kolaborasi Greenpeace dengan aliansi muslim pegiat lingkungan, Ummah for Earth, melansir laporan terbaru tentang potensi kontribusi masjid-masjid di dunia terhadap pengurangan emisi global.

Laporan tersebut mengemukakan pemasangan panel surya di 10 masjid besar di dunia mampu mengurangi 12.025 ton karbon dioksida per tahun. Angka ini setara dengan emisi hasil pembakaran 5,1 juta liter bensin.

Nah, di Masjidil Haram, Mekah; Arab Saudi, panel surya dapat dipasang di area seluas 32,2 ribu m2 – 19% dari total area masjid (162 ribu m2). Panel dapat membentang dari sepanjang atap Pintu Umrah di sebelah barat laut, hingga Pintu Al Fath di bagian utara area masjid. Produksi setrum dari area ini mencapai 4.564 megawatt per tahun – bisa memenuhi kebutuhan listrik delapan kampung di Indonesia.

Panel surya juga berpeluang terpasang di area seluas 20.200 m2 di Masjid Istiqlal, Jakarta. Laporan ini menghitung produksi listrik dari panel tersebut mencapai 1.441 megawatt, dengan potensi penghematan sebesar US$ 103 ribu (setara Rp 1,47 miliar) setahun.

 

Nyaris sebulan Kabupaten Sintang dilumpuhkan banjir

Banjir yang melanda Kabupaten Sintang sejak akhir Oktober lalu tak kunjung surut. Seiring waktu, warga terdampak banjir pun bertambah dari 87 ribu jiwa ke 124 ribu jiwa.

Lembaga advokasi lingkungan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyebut banjir di Sintang terjadi akibat pembabatan vegetasi di wilayah penyangga yang berada di sekitar sungai Kapuas. Sintang – yang berada dalam dua anak sungai kapuas – akhirnya terperangkap air limpasan permukaan yang semestinya terserap ke dalam tanah.

Presiden Joko ‘Jokowi’ Widodo pun mengakui banjir di Sintang akibat kerusakan daerah tangkapan air yang terjadi sejak berpuluh tahun yang lalu. Jokowi memperbaiki kerusakan ini, tanpa menyebutkan langkah konkretnya.

 

 

Oh ya teman-teman, mulai awal Januari tahun depan, The Conversation akan meleburkan seluruh konten newsletter kami ke dalam satu newsletter utama. Harapannya, kami bisa menyajikan ringkasan berita dan analisis secara lebih efisien, terpusat, namun tetap beragam.

Sampai jumpa pada nawala berikutnya.

Salam lestari!

Robby Irfany Maqoma

Editor Lingkungan

Lingkungan

In English