Halo pembaca semoga Anda sehat dan lancar aktivitasnya.
Ancaman wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak makin mengkhawatirkan karena makin meluas. Penyakit ini sebenarnya telah dinyatakan tak ada di Indonesia pada akhir 1980-an, tapi kini muncul lagi di berbagai daerah. Karena Indonesia dinyatakan bebas PMK sejak 1990-an, risiko wabah PMK mestinya nol. Tapi faktanya kini wabah itu datang lagi. Ada dugaan bahwa wabah ini dipicu oleh penularan dari hewan
ternak terinfeksi yang diperdagangan dari kawasan yang masih memiliki penyakit ini dan tidak terdeteksi oleh petugas kesehatan hewan. Investigasi atas asal-usul wabah ini masih berlangsung.
Penyakit pada hewan ternak ini, menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia, merupakan penyakit yang tidak menular ke manusia, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan atas penularan penyakit ini. Penyakit ini lebih banyak menimbulkan masalah di level ekonomi, bisnis ternak dan hasil dari ternak seperti daging dan susu, ketimbang masalah kesehatan masyarakat. Jelas bahwa risiko ekonomi besar karena hewan ternak merupakan penghasil kebutuhan pokok (daging) dan produk dari hewan ternak (susu) yang menjadi bahan baku berbagai bahan makanan dan minuman yang diproduksi secara luas di masyarakat.
Untuk menjaga keamanan makanan, jika Anda membeli daging sapi, belilah daging yang masih segar dan belilah yang di tempat yang bersih. Saat masak, panaskan daging hingga suhu 70°C selama sekitar 30 menit. Dengan cara itu, daging sudah aman dikonsumsi karena virus mati.
Pemerintah harus segera mengendalikan dan membasmi penyakit mulut dan kuku ini melalui karantina daerah merah (terinfeksi), pemusnahan hewan yang terinfeksi agar tidak menularkan ke hewan lain, dan vaksinasi massal hewan ternak. Pengawasan atas hewan di pasar dan lalu lintas antarkota juga perlu diperketat untuk memastkan bahwa hewannya benar-benar sehat.
Langkah itu diperlukan agar wabah ini tidak makin meluas dan berlarut-larut yang akan berdampak pada ekonomi masyarakat.
|